Cerita Nyata Pengalaman Ngentot Pertama Dengan Pacarku
Gambar Cerita Seks Pengalam Pertamaku Ngentot
Cerita Nyata Pengalaman Ngentot Pertama Dengan Pacarku
Pengalaman ini berlangsung sekitaran awal bln. Februari th. 2010. Pengalaman ini tak kukarang sendiri namun berdasar pada cerita asli yang kualami di th. 2016 ini. Ceritanya begini. Berawal waktu aqu berteman dengan seseorang lelaki, sebut saja namanya Murti. Orangnya tampan, tinggi sekitaran 170 cm, serta badannya atletis. Pokoknya sesuai sama pria idamanku. Ketidaksamaan usia kami sekitaran 8 th., serta dia barusan lulus dari kampus swasta populer di Jakarta.
Kami kenalan ketika aqu tengah menyiapkan acara untuk perpisahan kelas III di SMA-ku. SMAqu di lokasi Jakarta Barat. Serta ketika itu Murti tengah temani adiknya yang kebetulan panitia perpisahan SMA kami. Ketika itu Murti cuma melihat-lihat persiapan kami serta duduk di ruang samping.
Pada akhirnya ketika istirahat siang, berikut pertama kalinya kami bincang-bincang. Serta ketika kenalan itu kami pernah menukar nomer telephone tempat tinggal. Sangka -kira tiga hari lalu, Murti menelepon ke rumahku.
“Hallo selamat sore, dapat bicara dengan Afnia, ini dari Murti. ”
“Ada apa, kok tumben ingin nelepon kesini, aqu sangka telah lupa. ”
“Gimana berita loe, tidak mungkin aqu lupa. Hmm, Afni ada acara tidak malam minggu ini. ”
Aqu pernah kaget Murti mengajakku keluar malam minggu ini. Walau sebenarnya baru sekian hari ini kenalan namun dia telah berani mengajakku keluar. Ah, biarkanlah, lelaki ini memanglah idamanku kok.
“Hmmm… belom tau, mungkin saja tidak ada, serta mungkin saja ada juga, ” jawabku.
“Kenapa dapat demikian, ” balas Murti.
“Ya, jikalau ada dapat dibatalin kalau loe ngajak keluar, serta jika batal acaranya aqu bakalan bakal tidak terima telpon loe lagi, ” balasku lagi.
“Ooo demikian, bila gitu aqu jemputnya ke rumahmu, sabtu sore, kami berjalan-jalan saja. Dimana alamat rumahmu. ”
Lalu aqu memberi alamat rumahku di lokasi Maruya. Serta nyatanya tempat tinggal Murti tak demikian jauh dari rumahku. Ya, untuk seukuran Jakarta, semua sesuatunya dihitung dengan saat bukanlah jarak.
Pas hari sabtu sore, Murti datang dengan kendaraan serta parkir pas di depan rumahku. Sesudah tiga puluh menit dirumah, bincang -bincang serta pamitan dengan orang tempat tinggal, pada akhirnya kami meninggalkan tempat tinggal serta belom tahu ingin menuju ke mana. Didalam mobil kami berdua, bincang sembari ketawa-ketawa serta mendadak Murti hentikan mobilnya pas di lapangan tenis yang ada di lokasi Jakarta Barat.
“Afni, loe cantik sekali hari ini, bisa aqu mencium loe, ” bisik Murti mesra.
“Mur, apa kami baru saja kenalan, serta loe belom tau siapa aqu serta aqu belom tau siapa loe sesungguhnya, bebrapa janganlah loe telah miliki pacar. ”
“Kalo aqu telah miliki pacar, pastinya malam minggu ini aqu ke tempat pacarku. ”
“Mur, selalu jelas sejak pertama kalinya lihat loe aqu segera tertarik. ”
Mendadak tangan Murti memegang tanganku serta meremasnya kuat -kuat.
”Aqu juga Afni, demikian lihat loe segera tertarik. ”
Serta Murti menarik tanganku sampai tubuhku turut tertarik, lantas Murti memelukku erat-erat serta mencium rambutku sampai telingaqu. Aqu merinding serta mendadak tak kusadari bibir Murti telah ada di depan mataqu. Serta pelan-pelan Murti mencium bibirku. Pertama-tama, pernah kulepaskan. Lantaran berikut pertama kalinya aqu di cium seseorang lelaki. Serta tak fikir panjang lagi, aqu yang segera menarik tubuh Murti serta mencium bibirnya. Ciuman Murti kelihatannya telah pakar sekali serta membuatku demikian bernafsu untuk menarik lidahnya. Oh.. begitu enaknya malam ini. Serta, makin lama tangan Murti mulai meraba sekitaran dadaqu.
“Jangan Mur, aqu tidak ingin secepat ini, lagi juga kami melaqukannya di depan jalan, aqu malu Mur, ” jawabku.
Sesungguhnya aqu menginginkan dadaqu diremas oleh Murti lantaran aqu telah mengidam-idamkan serta telah memikirkan apa yang bakal berlangsung selanjutnya.
“Afni, bagaimana bila kami nonton saja. Saat ini masihlah jam 1/2 delapan serta film masihlah ada kok. ”
Pada akhirnya aqu sepakat. Didalam bioskop kami mencari tempat posisi yang paling bawah. Murti kelihatannya sangatlah pengalaman dalam pilih tempat duduk. Serta demikian film diputar, Murti segera melumat bibirku yang tidak tebal. Lidah kami sama-sama beradu serta aqu membiarkan tangan Murti meraba di sekitaran dadaqu. Meskipun masihlah ditutupi dengan pakaian.
Mendadak Murti membisikkan suatu hal di telingaqu, “Afni, loe bikin nafsuku naik. ”
“Aqu juga Mur, ” balasku manja.
Serta Murti menarik tanganku serta mengarahkan tanganku ke arah kemaluannya.
“Astaga, ” fikirku. Nyatanya di luar sangkaanku, kemaluan Murti sangatlah tegang sekali. Serta aqu tak menyia-nyiakan peluang yang pertama kalinya ini.
“Teruskan Afni, remas yang kuat serta lebih kuat lagi. ” Selang beberapa saat, tangan Murti telah sukses buka bajuku. Kebetulan waktu itu aqu menggunakan baju kancing depan. Hingga tidaklah terlalu sulit untuk membukanya. Kebetulan aqu menggunakan BH yang di buka dari depan.
Pada akhirnya tangan Murti sukses meremas susuku yang baru pertama kalinya ini dipegang oleh seorang yang baru kukenal. Murti meremasnya dengan lembut sekali serta sekali-kali Murti memegang puting susuku yang telah keras.
“Teruskan Mur, aqu enak sekali.. ” Serta tak berniat aqu juga telah buka reitsleting celananya, yang ketika itu menggunakan celana kain.
“Astaga, ” fikirku sekali lagi, tanganku diarahkan Murti untuk masuk celana dalam yang dipakainya. Serta tidak lama kemudian aqu telah meremas-remas kemaluan Murti yang begitu besar. Kami sama-sama nikmati kondisi di bioskop saat itu. “Teruskan Mur, aqu enak sekali.. ” Tak merasa film yang kami lihat berlalu dengan cepat. Serta pada akhirnya kami keluar dengan perasaan kecewa.
“Kami segera pulang ya Afni telah malam, ” minta Murti.
“Mur, sesungguhnya aqu belom ingin pulang, lagian umumnya kakak-kakakku bila malam mingguan pulangnya jam 11 : 30 malam, saat ini masihlah jam 10 : 15, kami keliling-keliling dahulu ya. ” bisikku mesra.
Sesungguhnya dalam hatiku menginginkan sekali mengulang apa yang telah kami laqukan tadi didalam bioskop. Tetapi rasa-rasanya tak enak apabila kukatakan pada Murti. Semoga Murti tahu apa yang kuinginkan.
“Ya, telah kami berjalan-jalan ke senayan saja, sembari ngeliat beberapa orang yang lagi bingung juga, ” balas Murti dengan suara senang.
Hingga di senayan, Murti memarkirkan mobilnya pas dibawah pohon yang jauh dari mobil yang lain. Serta sesudah Murti hentikan mobilnya, mendadak Murti segera menarik wajahku serta mencium bibirku. Nampaknya Murti demikian bernafsu lihat bibirku. Sesungguhnya berikut saat yang kutunggu-tunggu. Kami sama-sama melumat bibir serta permainan lidah yang kami laqukan bikin gairah kami tak terbendung lagi.
Mendadak Murti melepas ciumannya. “Afni, aqu menginginkan mencium susumu, bolehkan.. ” Tak berkata sedikit juga aqu buka kancing bajuqu serta buka kaitan BH yang kupakai. Tampak dua gundukan yang tengah mekar -mekarnya serta aqu biarkan terpandang begitu luas di depan mata Murti. Serta kulihat Murti demikian memerhatikan bentuk bulatan yang ada di depan matanya. Memanglah susuku belom demikian tumbuh keseluruhannya, namun aqu telah tak sabar lagi untuk di cium oleh seseorang lelaki.
“Afni, apa ini baru pertama kalinya ada yang memegang yang menciumi susumu, ” bisik Murti.
“Iya, Mur, baru loe yang pertama kalinya, aqu memberi ke orang yang benar -benar aqu kehendaki, ” balasku manja.
Selang beberapa saat, Murti dengan lembutnya menciumi susuku serta memainkan lidahnya di sekitar puting susuku yang tengah keras. Aduh enak sekali rasa-rasanya. Berikut saat yang tunggutunggu mulai sejak lama. Nafsuku segera naik ketika itu.
“Jangan berhenti Mur, lanjutkan ya… aqu enak sekali.. ” Serta tanganku juga diarahkan Murti untuk buka reitsleting celananya. Serta aqu membukanya. Lalu Murti mengajak geser tempat duduk serta kami juga geser ditempat duduk belakang. Kelihatannya di belakang kami dapat dengan leluasa sama-sama berpelukan. Pakaian bajuqu telah dilepaskan oleh Murti serta yang ketinggalan cuma BH yang masihlah menggantung di lenganku. Reitsleting celana Murti telah terbuka serta mendadak Murti turunkan celananya serta tampak terang ada benjolan didalam celana dalam Murti. Serta Murti turunkan celana dalamnya. Tampak terang sekali kemaluan Murti yang besar serta berwarna kecoklatan. Ditariknya tanganku untuk memegang kemaluannya. Serta aqu tak melepas peluang itu. Murti masihlah selalu menjilati susuku serta sekali-kali Murti menggigit puting susuku.
“Mur, lanjutkan ya… jilat saja Mur, sesuloe.. ” desahku tidak karuan.
Sesaat aqu masihlah selalu memegang kemaluan Murti. Serta kelihatannya Murti semakin bernafsu dengan permainan seksnya. Pada akhirnya Murti telah tak tahan lagi.
“Afni, loe isap punyaqu ya… ingin tidak? ”
“Isap bagaimana.. ”
“Tolong keluarin punyaqu di mulutmu. ”
Sesungguhnya aqu masihlah bingung, namun lantaran penasaran apa yang dimaui Murti, jadi aqu menurut saja apa permintaannya. Serta Murti mengubah posisi duduknya, Murti turunkan kepalaqu sampai aqu bertemu segera dengan milik Murti.
“Mur, besar sekali punyamu. ”
“Langsung saja Afni, aqu telah tak tahan.. ”
Aqu segera mengulum pelan-pelan milik Murti. Berikut pertama kalinya aqu lihat, memegang serta menghisap dalam satu saat. Aqu menjilati serta terkadang kutarik dalam mulutku milik Murti. Sekali-kali kujilati dengan lidahku. Serta sekali-kali juga kujilati serta kuisap buah milik Murti. Aqu memanglah nikmati yang namanya kemaluan. Dari mulai atas turun ke bawah. Serta kuulangi lagi seperti itu. Serta kepala kemaluan milik Murti aqu jilatin selalu. Ah… betul-betul nikmat.
Sekitaran lima menit aqu nikmati permainan miliki Murti, mendadak, Murti menahan kepalaqu serta menyuruhku menghisap lebih kuat.
“Terus Afni, janganlah berhenti, selalu isap yang kuat, aqu telah tak tahan lagi.. ” Serta tak lama kemudian, Murti mengerang keenakan serta tak sadar, keluar cairan berwarna putih dari kemaluan Murti. Apakah ini yang namanya sperma, fikirku. Dalam kondisi masihlah keluar, aqu tak dapat melepas kemaluan Murti dari mulutku, aqu selalu menghisap serta menyedot sperma yang keluar dari kemaluan Murti. Ah… rasa serta aromanya membuatku menginginkan selalu nikmati yang namanya sperma. Aqu juga tak dapat melepas kepalaqu lantaran ditahan oleh Murti. Aqu selalu meneruskan isapanku serta aqu cuma dapat memperlebar mulutmu serta beberapa cairan yang keluar tertelan di mulutku. Serta Murti terlihat telah enak sekali serta melepas tangannya dari kepalaqu.
“Afni, aqu telah keluar, banyak ya.. ”
“Banyak sekali Mur, aqu tak mampu untuk menelan semua, lantaran aqu belom umum. ”
“Tidak apa-apa Afni.. ”
Lalu Murti mengambil cairan yang terbuang di sekitaran kemaluannya serta menyimpan ke susuku. Aqu juga memerhatikan kelaquan Murti. Serta Murti mengelus-elus susuku. Pada akhirnya jam telah pas jam 11 malam. Serta aqu diantar oleh Murti pas jam 11 melalui 35 menit. Lantaran besoknya kami berjanji bakal ketemu lagi. Malamnya tak tahu kenapa aqu begitu susah sekali tidur. Lantaran pengalamanku yang pertama membuatku penasaran, tak tahu apa yang bakal kulaqukan lagi berbarengan Murti esoknya. Serta, malam itu aqu masihlah teringat bakal kemaluan Murti yang besar serta aroma sperma dan menginginkan rasa-rasanya aqu menelan sekali lagi. Menginginkan cepat-cepat kuulangi lagi momen malam itu.
Besoknya dengan argumen ada pertemuan panitia perpisahan, aqu pada akhirnya dapat keluar tempat tinggal. Pada akhirnya sesuai sama jam yang telah ditetapkan, Murti menjemputku serta Murti membawaqu ke satu tempat yang masihlah teramat asing buatku.
“Tempat apa ini Mur, ” tanyaqu.
“Afni, ini tempat kencan, dari pada kami kencan di mobil semakin bagus kami kesini saja, serta lebih
aman serta pastinya lebih leluasa. Loe ingin. ”
“Entahlah Mur, aqu masihlah taqut tempat seperti ini. ”
“Loe janganlah taqut, kami tak keluar dari mobil. Kami segera menuju kamar yang kami pesan. ”
Serta hingga di garasi mobil, kami keluar, serta di garasi itu cuma ada satu pintu. Kelihatannya pintu itu menuju ke kamar. Benar sangkaanku. Pintu itu menuju ke kamar yang telah dingin serta nyaman sekali, tak seperti yang kubayangkan. Tampak ada kulkas kecil, kamar mandi dengan shower, serta TV 21, serta tempat tidur untuk kemampuan dua orang.
“Afnia, kami enjoy disini saja ya… mungkin saja hingga sore atau kami pulang sesudah magrib kelak, loe ingin.. ” minta Murti.
“Aqu sepakat saja Mur, terserah loe. ”
Sesudah makan siang, kami bincang-bincang serta Murti membaringkan tubuhku ditempat tidur. “Afni, loe ingin kan melaqukannya sekali lagi untukku. ” Aqu sepakat. Sesungguhnya berikut yang membuatku memikirkan malamnya apa yang bakal kami laqukan selanjutnya. Murti berdiri di depanku, serta melepas kancing bajunya satu persatu, serta buka celana panjang yang dipakainya. Tampak sekali lagi serta saat ini lebih terang lagi milik Murti dari pada malam tempo hari. Nyatanya milik Murti semakin besar dari yang kubayangkan.
Serta, dalam waktu relatif cepat Murti telah tampak bugil di depanku. Murti memelukku erat-erat serta bangunkanku dari tempat tidur. Sembari mencium bibirku, Murti menarik ke atas pakaian kaos ketat yang kupakai. Serta memelukku sembari melepas ikatan BH yang kupakai. Serta pelan-pelan tangan Murti mengelus susuku yang telah keras. Serta lama -kelamaan tangan Murti telah meraih reitstleting celanaqu serta buka celanaqu. Serta turunkan celana dalamku. Aqu masihlah posisi berdiri, serta Murti jongkok pas di depan kemaluanku. Murti memandangku dari arah bawah. Sembari tangannya memeluk pahaqu.
“Afni, bodi loe bagus sekali.”
Murti sekali lagi memperhatikan bulu-bulu yang tidak terlalu lebat dan menciumi aroma kemaluanku.
“Afni, seandainya hari ini perawanmu hilang, loe bagaimana.”
“Terserah loe Mur, aqu tidak peduli tentang perawanku, aqu ingin menikmati hari ini, denganmu berdua, dan aqu kepengen sekali melaqukannya denganmu..”
Akhirnya aqu pasrah apa yang dilaqukan oleh Murti. Kemudian Murti meniduriku yang sudah tidak memakai apa-apa lagi. Kami sudah sama-sama bugil. Dan tidak ada batasan lagi antara kami. Murti bebas menciumiku dan aqu juga bebas menciumi Murti. Kami melaqukannya sama-sama dengan nafsu kami yang sangat besar. Baru pertama kali ini aqu melaqukannya seperti hubungan suami istri. Murti menciumi seluruh tubuhku mulai dari atas turun ke bawah.
Begitu bibir Murti sampai di kemaluanku yang sudah sangat basah, terasa olehku Murti membuka lebar kemaluanku dengan jari-jarinya. Ah… nikmat sekali. Seandainya aqu tahu senikmat ini, ingin kulaqukan dari dulu. Ternyata Murti sudah menjilati klitorisku yang panjang dan lebar. Dengan permainan lidahnya di kemaluanku dan tangan Murti sambil meremas susuku dan memainkan putingku, aqu rasanya sudah sangat enak sekali. Sepertinya tidak kusia-siakan kenikmatan ini tiap detik. Murti sekali-kali memasukan jarinya ke kemaluanku dan memasukkan lidahnya ke kemaluanku.
Akhirnya dengan nafsu yang sudah tidak bisa kutahan lagi, kukatakan pada Murti.
“Mur, masukkan punyamu ke punyaqu ya… masukannya pelan -pelan,” mintaqu. Murti lalu bangkit dari arah bawah. Dan menciumi bibirku.
“Afni, loe sudah siap aqu masukkan, apa loe tidak menyesal nantinya.”
“Tidak Mur, aqu tidak menyesal. Aqu sudah siap melaqukannya.”Lalu Murti melebarkan kakiku dan terlihat jelas sekali punya Murti yang sangat besar sudah siap-siap untuk masuk ke punyaqu. Kemaluanku sudah basah sekali. Dan kubimbing kemaluan Murti agar tepat masuk di lubang kemaluanku. Pertama-tama memang agak sakit, tapi punyaqu sepertinya sudah tidak terasa lagi akan sakit yang ada, lebih banyak nikmatnya yang kurasakan. Dengan dorongan pelan dan pelan sekali, akhirnya punya Murti berhasil masuk ke dalam lorong kenikmatanku.
“Oh… enak sekali,” jeritku.
Terasa seluruh lorong dan dinding kemaluanku penuh dengan kemaluan besar kepunyaan Murti. Dengan sekali tekan dan dorongan yang sangat keras dari kemaluan Murti, membuat hari itu aqu sudah tidak perawan lagi. Murti membisikkan sesuatu di telingaqu, “Afni, loe sudah tidak perawan lagi.”
“Ngga apa-apa Mur, jangan dilepas dulu ya…”
“Terus Mur, goyang lebih kencang, aqu enak sekali..” Dengan posisi aqu di bawah, Murti di atas, kami melaqukannya lama sekali. Murti terus menciumi susuku yang sudah keras, kemaluan Murti masih terbenam di kemaluanku. Akhirnya puncak kenikmatanku yang pertama keluar juga.
“Murti sepertinya aqu sudah tidak tahan lagi… aqu mau keluar.”
“Keluarin terus Afni, aqu tidak akan melepaskan punyaqu.”
“Mur, aqu tidak tahan lagi… a..ahh… aaahh.. aqu keluar Mur, aqu keluar.. keluar Mur..enaak sekali, jangan berhenti, teruskan… aaaa… aaaa..” Pada saat orgasme yang pertama, Murti langsung menciumi bibirku. Oh… benar -benar luar biasa sekali enaknya.
Akhirnya aqu menikmati kehangatan punya Murti dan aqu masih memeluk badan Murti. Walaupun udara di kamar itu sangat dingin, tapi hawa yang kami keluarkan mengalahkan udara dingin.
“Afni, aqu masih mau lagi, tidak akan kulepaskan… sekarang aqu mau posisi enam sembilan. Loe isap punyaqu dan aqu isap punyamu.”
Kemudian kami berubah posisi ke enam sembilan. Murti bisa sangat jelas mengisap punyaqu. Dan kelihatan kliotorisku yang sangat besar dan panjang.
“Afni punyamu lebar sekali.”
“Isap terus Mur, aqu ingin mengeluarkan sekali lagi dan berkali-kali.”
Aqu terus mengisap punya Murti sementara Murti terus menjilati kemaluanku dan kami melaqukannyasangat lama sekali. Kemaluan Murti yang sudah sangat keras sekali membuatku bernafsu untuk melawannya. Dan permainan mulut Murti di kemaluanku juga membuatku benar-benar terangsang dan sepertinya saat-saat seperti ini tidak ingin kuakhiri.
“Mur… aqu mau keluar lagi… aqu tidak tahan lagi honey…”
“Tahan sebentar Afni, aqu juga mau keluar..”
Mendadak Murti langsung merubah posisi. Aqu di bawah dan dia di atas. Dengan cepat Murti melebarkan kakiku, dan oh.. ternyata Murti ingin memasukkan kemaluannya ke kemaluanku. Dan sekali lagi Murti memasukkan kemaluannya ke kemaluanku. Walaupun masih agak sulit, tapi akhirnya lorong kenikmatanku dapat dimasuki oleh kemaluan Murti yang besar.
“Dorong yang keras Mur, lebih keras lagi,” desahku. Murti menggoyangan badannya lebih cepat lagi.
“Iya Mur, seperti itu… terus… aaa..aaa… enak sekali, aqu mau melaqukannya terusmenerus denganmu..”
“Afni, aqu sudah tidak tahan lagi… aqu mau keluar…”
“Aqu juga Mur, sedikit lagi, kami keluar sama -sama ya… aaa..”
“Afni… aqu keluar..”
“Aqu juga Mur… aaa… aa… terasa Mur, terasa sekali hangat spermamu..”
“Aduh, Afni… goyang terus Afni, punyaqu lagi keluar…”
“Aduh Mur… enak sekali…”
Bibirku langsung menciumi bibir Murti yang lagi dipuncak kenikmatan. Tak lama kemudian kami sama-sama terdiam dan masih dalam kehangatan pelukan. Akhirnya kami mencapai kenikmatan yang luar biasa. Dan sama-sama mengalami kenikmatan yang tidak bisa diukur.
“Afni… spermaqu sekarang ada di dalam punyamu.”
“Ia Mur…”
Tidak lama kemudian, Murti membersihkan cairan spermanya di kemaluanku.
“Afni, kalo loe hamil, aqu mau bertanggungjawab.”
“Iya Mur..” jawabku singkat.
Akhirnya kami mandi sama-sama. Di kamar mandi kami melaqukannya sekali lagi, dan aqu mengalami kenikmatan sampai dua kali. Sekali keluar pada saat Murti menjilati kemaluanku dan sekali lagi pada saat Murti memasukkan kemaluannya ke kemaluanku. Murti pun mengalami hal yang sama.
Sorenya kami melaqukannya sekali lagi. Kali melaqukannya berulang kali. Dan istirahat kami hanya sebentar, tidak sampai satu jam kami sudah melaqukannya lagi. Benar-benar luar biasa. Aqu pun tidak tahu kenapa nafsuku begitu bergelora dan tidak mau berhenti. Kalau dihitunghitung dalam melaqukan hubungan badan, aqu sudah keluar 8 kali orgasme. Dan kalau hanya sekedar diisap oleh Murti hanya 3 kali. Jadi sudah 11 kali aqu keluar. Sementara Murti sudah 7 kali.
0 komentar:
Posting Komentar