Diantara Dua Pilihan Percaya Atau Terluka
Gambar Cerita Percintaan
Diantara Dua Pilihan Percaya Atau Terluka
Langit kelihatannya tengah bergelung resah, sejak dari pagi mendung menggantung tetapi tidak juga turunkan rintik. Sama seperti seperti gadis di pojok jendela itu, memandang langit dengan muka merengut sedih. Sesekali diliatnya hp yang beraa didalam genggaman, kelihatannya yang ditunggunya tak juga berikan berita. Lunglai ia mengambil langkah meninggalkan jendela, lantas menjatuhkan badannya ke tempat tidur sembari mendengus jengkel.
“Mel, kamu tidak jadi turut festival? ” terdengar suara sang ibu dari balik pintu kamar, kelihatannya ia cemas dengan kondisi putrinya.
“Masuk saja ma” Melissa bangkit lantas membukakan pintu untuk mamanya
“Mel,kamu kan dapat bawa mobil, mengapa mesti nunggu hendri yang jemput? ” Hendri yaitu pacar melisa, mereka telah berpacaran mulai sejak saat SMA hingga sekarang ini mereka berbarengan tengah ada di bangku kuliah. Jalinan mereka sudah disetujui, Hendri yaitu sosok yang berkepribadian serta mapan.
“Ma, bila saya pergi sendiri kelak Hendri jemput saya bagaimana? Dia tidak dapat dihubungi ma, sedang acaranya 30 menit lagi dimulai” Genangan air mata mulai menghiasi pelupuk matanya
Sesudah ikut serta perbincangan pada akhirnya Melissa mengambil keputusan untuk pergi. Dengan berat hati ia menyetir mobil dengan gesit manfaat mempersingkat keterlambatannya. Di tiap-tiap lampu jalan raya yang membuatnya berhenti, ia luangkan untuk mengecheck hpnya, mengharapkan ia sudah memperoleh berita dari Hendri. Nihil, monitor hpnya kosong, tak ada pemberitahuan apa pun tertangkap di sana.
Gedung festival musik telah di depan mata, ia turun serta lari segera menuju backstage untuk bersiap-siap. Sepuluh menit mendekati ia bakal tampak membawakan dentingan pianonya, Hendri belum juga berikan berita. Gugup, gelisah, cemas, banyak perasaan berkecamuk dalam benaknya. Ditambah lagi ke-2 orangtuanya tidak bisa melihat penampilannya. Selanjutnya ia menaiki tangga menuju piano di dalam panggung, duduk serta meraba piano itu dengan getir, gaun yang digunakannya seolah tidak bersinar.
Lampu diredupkan, satu diantara lampu sorot difokuskan pada dianya, serta dimulailah alunan melody itu. Suara sedih yang ia mainkan betul-betul melukiskan situasi hatinya yang gusar. Melissa mengakhiri permainannya dengan melody bernada sepi serta kecewa. Semuanya pemirsa terkesima, tepuk tangan bergemuruh, tetapi hati Mellisa tetaplah sunyi. Mendekati selesainya acara serta pengumuman pemenang, Melissa tak akan kerasan berlama-lama duduk dalam diam ditemani hpnya yang membisu. Pengumuman pemenang diawali, telah ditebak ia yaitu pemenang pertama, tetapi apa berarti? semuanya merasa tidak lagi terkesan.
Usai pengumuman, semua peserta kembali duduk di kursi untuk melihat tampilan penutup dari sang juara.
“Sebelumnya saya mengatakan banyak terimakasih untuk kuasa tuhan yang sudah menganugerahi saya bakat ini, setelah itu pada panitia penyelenggara serta beberapa juri yang sudah memberi penilaian terbaiknya buat saya, saya bakal berupaya untuk selalu melakukan perbaikan diri saya. Permainan penutup ini dengan cara spesial saya persembahkan untuk semuanya pendukung saya, orang-tua, serta kekasih saya yang berhalangan untuk ada, terimakasih”
Melodi itu kembali mengalun, masihlah sedikit sedih tetapi di bibirnya masihlah ada sedikit senyum. Mendadak satu persatu orang yang tak tahu dari tempat mana aslinya jalan baik ke atas panggung lantas menempatkan setangkai mawar, selalu demikian hingga permainannya usai serta disambut dengan sebuket mawar merah yang dibawa oleh orang paling akhir. Masihlah diatas panggung, dengan bingung ia melirik ke segi kanan panggung untuk bekerjasama pada kru, tetapi beberapa kru tak meresponnya dengan baik.
Sepersekian menit perlahan-lahan terdengar dentingan piano dari balik monitor, hal semacam ini berlangsung umumnya untuk perubahan tampilan, di stage ke-2, namun ia belum turun panggung. Perlahan-lahan ia coba menyeimbangi permainan itu, selanjutnya terbentuklah suara yg tidak pernah ia dengar terlebih dulu, satu melody yang melukiskan kesempurnaan. Gorden belakang terangkat serta nyatanya Hendri yaitu pemainnya, ia terkesima. Permainannya berhenti demikian saja, bahkan juga ia lupa di mana tempatnya saat ini ada.
Sembari tersenyum, Hendri mengahampiri Melissa yang membeku. Ia mencapai buket bunga diatas grand piano itu lantas memberinya pada Melissa. Bingung mesti berlaku bagaimana, ia cuma mencapai buket itu dengan gugup. Nyatanya diantara bunga itu terselip satu suatu hal yang berupa seperti kelopak mawar yang merekah. Hendri mengambilnya perlahan-lahan lantas berlutut.
“Mel, ini tidak seberapa di banding dengan cinta yang telah anda kasi ke aku” dibukanya kotak itu perlahan-lahan nyatanya berisi yaitu satu kalung bermatakan berlian yang dibuat serupa dengan kelopak mawar.
“Mel, Will You Marry Me? ”
Semuanya pemirsa bertepuk tangan serentak, betul-betul menyebabkan gemuruh yang memekakan telinga. Melissa tidak bisa membendung air matanya, perlahan-lahan ia menganggung serta berkata…
“Yes I Will”
Tepuk tangan makin semarak, tak tahu siapa saat ini yang memainkan melodi penuh cinta dari piano di belakangnya, kinia ia cuma terlalu fokus pada Hendri. Pelukan hangat itu menempel di badannya, menentramkan hati yang semula gusar. Saat ini semuanya seakan terang serta tambah lebih jelas, ia mengambil langkah menurui panggung mawar kembali berjatuhan menemaninya serta Hendri. Semuanya mata melihat penuh arti serta mereka selesai bahagia.
0 komentar:
Posting Komentar