Ngentot Dengan Selingkuhanku Saat Liburan
Gambar Cerita Seks
Ngentot Dengan Selingkuhanku Saat Liburan
Sepintas perjumpaan diri saya, saya lelaki berumur 26 th. kerja di satu diantara perusahaan swasta nasional dengan tinggi sekitaran 160 cm (termasuk juga pendek) serta dengan bentuk badan yang kurus. Meskipun nafsu makan saya lumayan besar namun tetap harus badan saya tak gemuk serta tak pernah meraih berat badan ideal. Mungkin saja bila saya seseorang wanita, bakal begitu berbahagia lantaran tak perlu takut gemuk meskipun banyak makan. Saya cukup kerap ikuti cerita yang ada di 17Tahun sebatas isi waktu senggang saja lantaran repot. O ya, dalam narasi ini sebut saja nama saya Ryo.
Bln. desember 2001, saya mengambil cuti sepanjang satu minggu untuk nikmati perjalanan wisata. Maklum untuk melepas rasa capek serta stress sesudah bekerja selama th. serta termasuk juga hobby saya juga untuk kerap melancong ke satu tempat yg tidak pernah saya kunjungi namun memiliki rekan yang tinggal ditempat yang bakal saya kunjungi. Sesudah bersusah payah sepanjang 2 hari (maklum lagi holiday season) pada akhirnya saya memperoleh ticket ke Medan.
Lantas saya SMS Melia di Medan, “Besok gue ingin ke Medan. Mungkin saja guide gue tidak nih? ”
Tak berapakah lama segera dibalasnya, “OK. Datang saja. Tentu lu juga bercanda. Dari dahulu tuturnya ingin datang namun tidak pernah datang. Hehehehe”.
Sesudah cukup lama ber-SMS ria dengan tetap harus dia tak yakin pada akhirnya saya putuskan untuk memberi surprise saja besok siang bila telah tiba di Medan. Melia, 23 th., berkulit agak putih sama dengan warga keturunan yang lain dengan tinggi sekitaran 158 cm. Kami berteman melalui chatting di internet sepanjang nyaris 1 th. namun tak pernah bertatap muka segera. Cuma lakukan kontak SMS, e-mail serta chatting saja. Walaupun tak pernah ketemu kami tetaplah dapat merajut jalinan pada rekan serta terkadang juga bertukar photo, jadi semasing sekurang-kurangnya mengetahui muka bila sama-sama ketemu.
Cerita Dewasa 2016 Berlibur Dengan Selingkuhan | Pada akhirnya besoknya saya pergi ke Medan dengan mengambil penerbangan pertama Jakarta–Medan. Sepanjang nyaris 2 jam, 15 menit lalu pesawat mendarat di bandara Polonia, Medan. Sesudah membereskan barang bawaan saya, saya segera pesan taksi untuk mengantarkanku ke satu diantara hotel yang ada di Medan serta selekasnya check in, lantas saya menelepon Melia.
“Hello, Mel? Di mana lu? ”
“Ryo? Gue lagi berjalan-jalan di Thamrin Plaza. Memang mengapa? Ingin turut? ”
“Wah jika bisa sih ingin dong. Namun minta dijemput bisa tidak? gue tidak tau jalan di sini”
Terdengar suara dengan suara yang agak tak yakin.
“Emangnya lu ada dimana? Medan? Dapat bercanda saja lu. Bisa deh gue jemput jika lu di Medan. Hahahaha.. ”
“Benar lho. Ditunggu. Awas jika tidak datang. Ke Novotel kamar 313. ”
Masihlah dengan suara nada yg tidak yakin.
“Yang bener? Gue tidak yakin.. ”
“Bener! Jika tidak yakin telephone saja ke resepsionis Novotel, bertanya nama yang check ini kamar 313. Sini cepat! ”
“OK. Awas bila lu boongin gue”
1/2 jam lalu terdengar bunyi bel. Dag dig dug juga hati saya, soalnya saya belum pernah ketemu Melia dengan cara segera. Saat pintu saya buka, wow, kelihatannya saya berjumpa bidadari yang turun dari langit. Tak kusangka Melia yang saya kenal sampai kini melalui chatting dapat secantik ini walau sebenarnya di photo yang dia kirim bebrapa umum saja. Dengan rambut sebahu, muka yang oval serta bibir seksi yang dihiasi lipstik tidak tebal dan bau minyak wangi yang makin memberi keanggunan dianya. Karena sangat cantiknya hingga saya terbengong menatapnya.
“Ryo? ” bertanya Melia bangunkan saya dari lamunan.
“Iya ya ya? ”, jawabku sekenanya saja.
Untuk menyingkirkan rasa gugup saya segera saja kujulurkan tanganku untuk menyalaminya serta balik ajukan pertanyaan.
“Melia? ”, serta segera disambutnya tanganku.
Nyatanya tangannya juga halus. Tangan cewek sih. Tentu dirawat dengan baik.
“Akhirnya kita ketemu juga ya”, kataku buka perbincangan sesudah Melia kupersilahkan masuk.
“Iya, tidak kira juga jika lu nekat ke Medan”
“Abis telah nyaris semuanya provinsi di Indonesia telah pernah saya kunjungi. Hanya Medan yang belum termasuk juga Danau Tobanya. Hehehehe”
“Emang ingin berapakah lama lu ingin disini? ”
“Seminggu saja. Kurasa cukup kan gue nikmati situasi disini? ”
“Cukuplah. Lagian tempat nongkrong di Medan dikit. ”
“Ok deh. Lu jadi guide gue ya? ”
“OK”
Sesudah bercakap cukup lama Melia minta pulang istirahat serta besok bakal temani saya berjalan-jalan di Medan. Besoknya pagi-pagi Melia telah mengajak saya keliling kota Medan. Nyatanya hanya perlu 2 hari saja, semua obyek wisata didalam kota telah saya kunjungi serta cuti saya tinggal 4 hari lagi. Nyatanya di hari ke-3 Melia mengajak saya ke Danau Toba dengan tur. Tuturnya belum merasa ke Medan jika tak ke Danau Toba. Saya sih ok–ok saja. Perjalanan dari Medan ke Toba melalui Tebing Tinggi serta Pematang Siantar memerlukan saat 5 jam lebih. Dari siang berangkatnya, jadi sore sampainya di Prapatan. Belum lagi untuk pergi ke Pulau Samosirnya serta jam 6 sore baru hingga disana, lantas check in ke kamar.
Sesudah makan malam berbarengan rombongan tur, kami berdua pada akhirnya kembali pada kamar. Di kamar cuma tinggal kami berdua, bercakap serta minum bir enteng. Jam telah nyaris tunjukkan 11. 30 malam saat keheningan menempa perbincangan kami berdua. Semuanya tema telah habis dibicarakan untuk malam itu. Karenanya kutekan saja remote control TV. Wow, nyatanya adegan yang nampak yaitu blue film serta tidaklah berita isu semata kalau banyak hotel sediakan blue film untuk tontonan tengah malam. Maunya segera saya memindahkan saluran itu namun dihindari oleh Melia.
“Nonton saja bila ingin. Gue tidak apa-apa kok”, tuturnya dengan suara cuek.
Wah ini anak apa telah umum nonton yang begituan, fikir saya. Ya saya biarlah saja film itu selalu berlanjut dengan seseorang cewek jepang digenjot seseorang bule dari belakang. Doggy style kata orang. Bunyi desahan dari sang cewek serta lenguhan sang cowok penuhi keheningan ruang kamar kami berdua. 15 menit lalu style mereka bertukar jadi missionary style. Style yang umum dengan cewek tidur terlentang dengan kaki menjepit pinggang cowok serta cowok menindih dari atas. Cuma kaki sang cewek yang berpindah–pindah dengan style ini terkadang menjepit pinggang cowok terkadang diangkat ke atas pundak sang cowok.
Karena sangat seriusnya saya melihat, tak tahunya nyatanya Melia telah terangsang berat lantaran film itu. Saat saya berbalik, baju sisi atasnya telah 1/2 terbuka serta dia sendiri menggesek-gesekkan tangan ke daerah kemaluannya. Desahannya masihlah agak tertahan mungkin saja lantaran saya ada disana. Terperanjat juga saya dengan aktivitasnya. Maklum dengan usia segini saya tak pernah lihat sisi peka cewek dengan cara segera paling juga melalui film sama majalah saja, terlebih lakukan aktivitas jalinan intim dengan lawan type.
“Ryoo, uuh, dapat bantuin gue tidak? uuhh.. ”, lenguhannya sedikit mengeras.
Kutelan ludah sendiri dengan panorama di depan mataku. Tidak paham mesti berbuat apa saya.
Lantas kutanya balik, “Bisa kubantu apa? ”.
“Bantu puasin gue Ryo, ayolah Ryo, kemari, uuhh”, katanya dengan tangan kiri tetaplah menggosok-gosok sisi kemaluannya yang masihlah terbungkus celana dalam putih serta nampaknya telah basah dan tangan kanan meremas payudara samping kanan yang terbuka.
Dengan hati yang berdebar-debar serta kaki dan tangan gemetaran kudekati Melia. Dia terlihat masihlah tenang serta masihlah dapat tersenyum lihat perilaku saya yang kikuk serta serba salah walaupun dalam kondisi terangsang berat. Dalam darah saya juga merasa berdesir serta kemaluan saya merasa mulai menegang. Betul-betul pengalaman yang mendebarkan.
Belum hingga 3 langkah saya mendekat, tangan saya telah ditarik Melia ke arahnya. Serta segera mulut saya dilumatnya dengan penuh nafsu.
“Uuuhhmm, uuhhmm”, terhalang telah nada yang ingin keluar dari mulutku.
Baru pertama kalinya ini saya di cium seseorang cewek. Cewek yang cantik serta penuh dengan nafsu hingga merasa susah bernafas. Sepanjang nyaris 5 menit kami sama-sama berciuman tanpa ada terlepas. Awal mulanya tangan saya yang diam mulai dituntun Melia untuk meremas payudaranya serta lenguhannya makin tunjukkan kalau Melia telah betul-betul terangsang serta melupakan lingkungan sekitarnya. Mungkin saja yang ada di otaknya yaitu bagaimana memperoleh kenikmatan, kenikmatan biologis. Di beri angin seperti itu saya yang awal mulanya pasif mulai berlaku aktif. Kulepaskan tali piyamanya serta terbukalah badan sisi atas Melia yang putih bersih dengan satu cup BH yang sudah terbuka. Tak senang, lantas kubuka kait BH serta mencuatlah ke-2 payudara yang umum dimaksud bukit kembar yang begitu sangat menantang, ukuran 32B dari ukuran BH-nya yang digunakan. Payudara yang betul-betul tertangani dengan baik, putih serta puting yang kemerah-merahan.
“Ayo Ryo, puasin gue, hisap dong”, katanya sambil menuntun tangan dan kepalaku ke arah bukit kembarnya.
“Uuuhh, oohh, terus Ryo, terus, uuhh..”
Kucium dan kuhisap terus kedua bukit itu secara bergantian dari kiri ke kanan. Sedangkan kedua tangan Melia terus meremas rambutku dan menekan kepalaku ke bukit kembarnya sampai sulit bernafas juga saya.
“Ooohh Ryo, hisap yang kuat, aahh, oohh.. come on baby, ohh”, ujarnya sambil mempermainkan kedua bukitnya.
Tangan kananku dituntun Melia untuk mulai meraba dan menggesek-gesek kemaluannya, celana dalamnya benar-benar sudah basah sebelum akhirnya kutarik lepas. Dan Melia sekarang dalam keadaan polos tanpa apapun yang melekat di tubuhnya.
Hampir 10 menit saya mempermainkan kedua bukit itu sampai akhirnya Melia mengangkat kepala saya dan meminta saya berhenti.
“Sekarang giliran gue untuk memberimu kenikmatan Ryo..”
Belum sempat saya berkata apapun saya sudah ditelentangkan di tempat tidurku dan Melia mulai melucuti pakaian tidurku satu per satu hingga tinggal celana dalam saja.
“Wow burung lu lumayan juga. Sini saya belai dulu biar jadi perkasa..”.
Ketika tangannya baru menyentuh kemaluanku, sudah terasa ada getaran yang mendebarkan, tetapi masih terganjal celana dalam sehingga belum terasa lepas. Baru pertama kali pula kemaluan saya dipegang oleh seorang cewek. Setelah menggosokkan tangannya beberapa kali, celana dalam saya langsung ditariknya lepas dan bebas sudah ganjalan celana tadi.
“Lumayan, lumayan, gak terlalu buruk untuk cowok seperti lu yang agak kurus”
Nggak tahu itu sindiran atau pujian. Berdiri sebentar, Melia lalu menunduk dan, apa yang dilakukannya, Melia menjulurkan lidahnya ke ujung kemaluanku. Sensasi yang terasa pertama kali sungguh tak terlupakan. Sulit untuk melukiskan perasaan saya saat itu.
“Uuhh..”, hanya kata itu yang keluar dari mulutku.
Melihat keadaan saya yang demikian semakin membuat Melia bisa mengatur tempo untuk memberikan sensasi buat saya. Mula-mula hanya ujung lidah dan kemaluan sampai akhirnya hanya pangkal kemaluan saya yang nampak setelah Melia melakukan oral seks untukku. Mulutnya maju mundur dan berputar lidahnya di kemaluan saya, sedang saya hanya bisa melenguh. Lenguhan kenikmatan yang tiada tara sampai akhirnya saya merasakan sesuatu yang mendesak ingin keluar dari kemaluanku.
“Mel, aku, ohh, mau keluar, uhh, oohh”
Mendengar itu Melia semakin mempercepat tempo sampai akhirnya, “Mel, keluar Mel, oohh, Mel, aahh”
Ditelannya habis semua air maniku tanpa sisa.
Kemaluanku langsung lemas, dan Melia tersenyum padaku.
“Ryo, kamu lumayan, nggak kalah dengan yang lain, minum ini dulu lalu nanti kita lanjutan”
Disodorkannya minuman yang dibawa di tasnya. Saya tidak tahu apa itu tapi saya minum saja. Baru 10 menit terasa tenaga saya jadi pulih lagi dan kemaluan saya mulai menegang lagi.
“Nah lihat tuh, kita bisa mulai fase kedua nih Ryo..”
Melia lalu tidur telentang dengan kedua kakinya terjulur ke lantai.
“Sini dan sekarang giliran lu”
Saya menghampirinya lalu dituntunnya kepala saya ke kemaluannya. Baru pertama kali pula saya melihat dari dekat kemaluan cewek. Lalu disuruhnya menjilat. Mulanya enggan juga saya. Tapi akhirnya mau karena kemaluannya kulihat terawat bersih dan rapi. Ada bau sedikit amis tapi khas wanita dan cairan putih bening keluar dari sana. Kujilat klitorisnya dulu.
“Uuuhh, that’s right Ryo, terus, oohh, uuhh, uuhhmm”, lenguhnya.
Sementara saya terus melakukan aktivitas di kemaluannya, kujilat dan kugigit kecil klitoris dan bibir kemaluannya sehingga lenguhan Melia semakin menjadi jadi.
“Ooohh, aahh, oohh, uuhh, terus Ryo, go on baby, oohh”
“Yeah, that’s so damn goodd Ryoo, oohh, aahh make me fly, oohh”, mendengar suara seperti itu semakin menambah rangsangan untukku.
“Ryo, now, now, masukin Ryo, oohh.. aku sudah pengen, aahh”, desahnya ketika kugigit kecil bibir kemaluannya.
Lalu kuatur posisiku dengan gaya missionary. Agak canggung juga karena ini adalah pertama kalinya saya melakukan hal ini. Melihat itu tangan Melia memegang kemaluanku dan menuntunnya ke arah kemaluannya. Mula-mula masih agak sulit karena saya agak gemetaran juga. Setelah beberapa menit mencoba akhirnya masuk juga.
“Uuuhh..”, terasa ada sensasi yang sedikit berbeda dibandingkan ketika dioral.
Terasa sedikit perih dan hangat ketika masuk. Lalu kulakukan penetrasi sedikit demi sedikit dan pelan.
“Ooohh, thank god, yes, uuhh, aahh oohh..”
Lenguhan Melia memang sangat merangsang. Setiap kemaluan saya masuk maka suara desah “Uuuhh..” keluar dari mulut Melia dan ketika kutarik yang keluar adalah “Aaahh..”.
Selama 10 menit kami berganti posisi. Sekarang adalah posisi Doggy Style, dengan bertumpu kepada kedua tangannya, Melia menikmati setiap genjotan dan hentakan saya dari belakang.
“Uuuhh, yees, yeess.. oohh yess.. oohh yess, come on Ryo..”
Suara pantat dan bagian tubuh bawah saya beradu menimbulkan bunyi tepukan. Pantat Melia yang begitu padat berisi, menambah rasa gemas saya untuk terus meremasnya. Belum cukup juga saya dalam posisi ini, saya tetap berusaha untuk meremas kedua payudaranya dan beradu mulut dengan tetap mempertahankan irama genjotan saya. Aku tidak tahu apa yang telah diberikan Melia kepada saya sehingga saya bisa bertahan begitu lama.
“You, oohh are aahh greaat Ryoo, oohh, aahh, oohh, aahh..”
Kemaluan Melia yang masih terasa sempit semakin menambah terus nafsu saya untuk terus mengenjotnya. Mungkin saya tidak tahu akau adalah orang ke-berapa yang ML dengannya, tapi ini memberikan saya pengalaman luar biasa yang tidak akan saya lupakan.
“Ooohh Mel, lu juga heebbaatt, aah, oohh, uuhh, kemaluanmu masih kencang dan sempit, aahh, oohh oohh, Mel”
Setelah hampir 20 menit kemudian, baru terasa ada yang mau keluar.
“Mel, aku, aku mau keluar, oohh, uuhh..”
“Iya.. genjot la..ggii Ryo, aakkuu juga mau keluar, uuhh aahh”
“Di dalam atau di luar nihh, oohh”
“Da.. lam saja biar terasa, jangan kuuaatiir, oohh”
Saya semakin mempercepat gerakan maju mundur dengan diimbangi gerakan Melia juga. Suara kecipak semakin memenuhi ruangan kamar.
“Aaakkuu keelluuar, aahh aahh..”
“Aaakkuu juga, Ryoo.. oohh..”
Hentakan terakhir, kudorong dalam-dalam kemaluan saya ke dalam kemaluan Melia yang diikuti dengan gerakan punggung Melia melengkung ke bawah dan dengan kepala mendongak ke atas pertanda dia juga telah mengalami klimaks. Tanganku masih memegang pinggang Melia. Masih bertahan 1-2 menit dalam posisi doggy style sebelum akhirnya Melia meletakkan badannya ke bawah dan telungkup dan saya mencabut kemaluaan saya lalu mendekapkan badan saya ke Melia dan membisikkan kata mesra.
“Lu hebat Mel. Saya jadi suka dan sayang sama lu.”
“Terima kasih Ryo, lu telah memberikan kepuasan yang telah saya dambakan selama ini”
“Kembali Mel, dari lu gue telah belajar sesuatu yang hebat..”
“Saya juga suka sama kamu, makanya saya tidak segan untuk melakukan ini denganmu, Ryo. Dan apa yang kita lakukan ini hanya suka sama suka. Just a friend, OK?”
Agak kaget juga saya mendengarnya tapi masih bisa kukuasai diriku.
“Ok mel, we always be a friend”
Akupun membelai mesra dia sampai akhirnya kami berdua tertidur tanpa sehelai benang pun.
Keesokan harinya kami kembali menikmati perjalanan wisata, hanya saja dengan keadaan yang sedikit lebih mesra setelah apa yang kami alami semalam. Sampai akhirnya waktu cuti saya habis di Medan dan pulang kembali ke Jakarta. Di hari kepulangan saya, Melia tetap mengantarku ke bandara untuk pulang ke Jakarta. Melia sekarang melanjutkan studi ke Amerika dan aku tidak tahu kapan ia akan kembali. Melia, Melia, i always remember what you have tought me! Tidak rugi perjalanan saya kali ini ke Medan. Sangat sangat special jika dibandingkan dengan semua perjalanan wisata saya selama ini.
0 komentar:
Posting Komentar