Now you can Subscribe using RSS

Submit your Email

Selasa, 09 Agustus 2016

Cerita Seks Ngentot Dengan Sahabatku Yang Imut

Unknown

Ngentot Dengan Lia Yang Imut

                                                              Gambar Cerita Seks

Ngentot Dengan Lia Yang Imut

Kata orang, sahabatan pada cewek serta cowok yaitu suatu hal yang tidak mungkin saja. Hmm… mungkin saja ada benarnya jika lihat persahabatan saya dengan Lia, seseorang gadis imut rekan sekelasku pada saat kuliah. 

Saya mulai bersahabat dengan Lia mulai sejak saya masuk kuliah. hingga lulus kuliahpun kami tetaplah bersahabat. Hmm… dalam hati kecilku sesungguhnya saya menginginkan kian lebih teman dekat. Saya begitu suka pada Lia, gadis imut yang senantiasa ceria. Gadis yg tidak pernah melepas seyum serta tawa dari bibirnya, gadis yang senantiasa memberi warna mimpi indahku. 

Namun sial, Lia senantiasa memperkenalkan saya ketemannya sebagai teman dekat. Serta lebih parahnya lagi, demikian semangatnya dia menceritakan pada beberapa orang jika kami berdua tuh seperti kakak adik. Hal semacam itu yang senantiasa menghambat saya untuk menyebutkan bila saya sukai kepadanya, bahkan juga lebih, saya jatuh cinta kepadanya. 

Peristiwa ini berlangsung waktu kami baru usai wisuda serta keduanya sama berupaya untuk mencari pekerjaan. Satu waktu ada panggilan kerja di jakarta yang saya serta Lia turut dalam panggilan itu. Oh iya, saya belum katakan bila saya tetaplah tinggal dibandung sesudah wisuda. 

Sesudah melakukan test kerja, saya mengajak Lia kerumahku sebentar sebelumnya kembali pada bandung. Iya, orangtuaku tinggal dijakarta, namun saya lebih pilih tinggal dibandung sesudah wisuda lantaran saya lebih sukai tinggal dibandung, relatif tidak ada macet, serta sudah pasti ada Lia yang begitu saya sayangi di bandung. Saya mengajaknya kerumahku untuk sebatas bertukar pakaian serta beristirahat sebelumnya kembali pada bandung. 

Sex Dengan Lia SabahatkuSesampainya dirumahku, saya menjumpai rumahku kosong. 

“Wah, pada kemana nih?? ” kataku ke Lia. 

“Telepon saja yan   ” kata Lia padaku. 

Saya mendial no ponsel ibuku dari hpku. 

“Ma.. Ada di mana? ” tanyaku melalui telpon waktu sambungannya tersambung. 

“Loh kamu pulang? Ibu sama ayah jenguk adikmu” jawab mamaku melalui telpon. Nyatanya orangtuaku menjenguk adikku yang kuliah di kota lain. 

“Kalo kamu mo masuk minta kunci saja sama tante erni, ibu titipin kedia” suruh ibuku untuk memohon kunci ke tante erni tetangga samping rumahku. 

“Ya telah deh, saya ambillah ke tante erni”. Saya tutup telephone lalu beranjak kerumah tante erni. 

Sesudah buka tempat tinggal, saya mengajak Lia masuk. 

“Lia, kamu tukar pakaian saja dahulu, saya ingin ke kamarku sebentar” kataku ke Lia sembari tunjukkan kamar kecil kedia. 

“Oke deh” jawabnya sembari membawa tas plastik diisi kaos ubah. 

Saya masuk kekamarku serta ganti pakaian di sana. Waktu saya keluar, nyatanya Lia telah usai ganti pakaian. Dia melihat tv di ruangan keluarga. 

Lia ganti pakaiannya dengan kaus putih favoritnya. Sebenernya saya telah pernah ngomentari dia agar janganlah pakai kaus itu lagi. Soalnya kaus itu agak-agak semi transparan. Untuk deskripsinya, kaus putih itu ada sisi yang berbahan tidak sering, seperti benangnya di ambil. 

Sisi yang transparan itu membuat garis-garis miring. Buat yang lihat jika agak cermat dikit dapat lihat bra serta kulit mulusnya. Serta yang bikin saya tidak sukai, kaus kecil itu ngebentuk banget bodynya. Badan Lia memanglah kecil imut, namun seimbang. Dadanya yang bulat tampak besar dibanding tubuhnya yang kecil. 

Untuk roknya, dia masihlah menggunakan rok tadi. He.. he.. he.. saya senantiasa komentarin dia jika pakai rok, soalnya dengan menggunakan rok pantatnya yang bulat itu tampak makin besar. Saya senantiasa berpikir dengan pinggul serta pantat demikian, tentu dia tidak bakal alami kesusahan jika miliki anak kelak. 

“Lagi nonton apa? ” tanyaku ke Lia yang duduk disofa ruangan keluarga. 

“He.. he.. he.. isu   ” tawa renyahnya keluar waktu menjawabku. 

Yang memiliki Penis Terpanjang Di Dunia 
Saya duduk disampingnya turut melihat. Lia memberi komentar beberapa isu yang diberitain, saya hanya ketawa-ketawa saja ngeliat dia yang semangat banget memberi komentar. Saya tidak tau bagaimana awalnya, tangan kiriku menggengam tangan kanannya pada saat melihat, bersamaan itu kami jadi tidak sering bicara, tak tahu apa yang ada di dalam fikirannya. 

“Yan, saya kekamar kecil dahulu ya” tuturnya serta selekasnya bangkit. Saya mengangguk serta pegangan tangan kami lepas. Waktu dia ke belakang saya menarik nafas panjang menahan gejolak hatiku. 

Sekembalinya dari kamar kecil, Lia kembali duduk disebelahku. Tak tahu mengapa dia kembali menggenggam tanganku. Saya hanya tersenyum padanya. Situasi kembali hening, repot dengan fikiran semasing.

Saya mengelus tangannya, dia hanya tersenyum. Cukup lama saya mengelus tangan serta lengannya, pada akhirnya dia merebahkan kepalanya ke pundakku. Saya melingkarkan tanganku ketubuhnya, tubuhnya jadi bertumpu didadaku. 

“Rambut kamu bagus” kataku memecah keheningan. Dia hanya terseyum. Saya mengelus-elus rambut panjangnya yang harum itu. Tak tahu apa yang ada dibenakku, saya mencium kepalanya. Dia melihat kepadaku tersenyum, lalu kembali melihat tv. 

Keberanianku semakin banyak, saya mencium kepalanya sekali lagi. Dia melihat kearahku, kesempatan ini saya tak menyia-nyiakan peluang, saya mencium keningnya. 

Lia menggeser tubuhnya, mendekatkan mukanya ke mukaku. Lihat itu, tanpa ada beberapa sangsi saya mengecup bibirnya. Hmm.. nyatanya satu kecupan kurang, saya memagut bibirnya, Lia membalas ciumanku. Saya lebih semangat, terlebih Lia buka mulutnya, hingga saya dapat menyedot bibir bawahnya. Sedotanku dibalas dengan sedotannya kebibir atasku. 

Ciuman kami semakin panas waktu lidahku bermain di dalam mulutnya. Nyatanya dia juga membalas dengan memainkan lidahnya. 

“Clop.. clop.. clop…” suara sedotan-sedotan ciuman kami. Saya mendorong badan Lia untuk rebahan di sofa besar ini. 

Posisi kami saat ini lebih enak, Lia terlentang serta saya diatasnya. Dengan posisi ini, tanganku lebih bebas. Perlahan-lahan tangan kananku keletakkan di payudaranya. Saya remas perlahan-lahan. 

“Hmmm…” lenguhnya agak geram. Saya tarik tanganku, takut Lia geram atas kelakuanku. Sesudah sebagian lama, saya beranikan lagi untuk menyimpan tanganku kepayudaranya. Mendadak tangan Lia mencengkaram tanganku yang ada di payudaranya. Saya takut sekali Lia geram, namun ternyata……. Lia jadi menghimpit tanganku agar meremas payudaranya. 

Atas “izinnya” itu saya mulai meremas-remas payudaranya dari luar kaosnya. Ciumanku tak terlepas sepanjang saya meremas-remas payudara kiri serta kanan bertukaran. 

Saya membulatkan tekad untuk memasukkan tanganku dari bawah kausnya. Saat ini tanganku meremas-remas payudaranya dari luar branya. Hmm… kenyal serta bulat sekali payudara yang tidak pernah dijamah orang lain ini. Tidak senang meremas dari luar bra, saya selipkan tanganku dalam branya serta meremas segera ke payudaranya. 

“Akh…Akh.. Akh…” lenguh Lia waktu saya mulai meremas-remas payudaranya. 

“Sebentar yan…” lia bangkit, lalu berupaya melepas kait branya yang ada dibelakang. Saya membantunya. Sesudah lepas, Lia kembali rebahan. Saya mengangkat kaus Lia hingga tampak bra longgar lantaran telah lepas kaitnya. Saya angkat juga bra itu jadi terlihatnya payudara simak yang bulat itu. Pentilnya coklat bersih tampak jadi membesar. 

Saya membulatkan tekad untuk mengecup payudaranya. Lia hanya terseyum. Lalu saya mulai menyedot pentil itu sembari meremas-remasnya. 

“Akhhh… Akh…Akh…” lenguhan Lia semakin keras. Ditambah badannya semakin tegang. Tiap-tiap saya menyedot payudaranya, Lia membusungkan dadanya agar dapat saya sedot. Cukup lama juga saya menyedot payudaranya, badan Lia mengejang-ngejang keenakan. 

Nafsuku telah naik diubun-ubun, saya telah tak tahan untuk menyetubuhinya, namun saya berupaya menahan, Lia masihlah perawan. 

Jemu dengan menyedot-nyedot payudaranya, saya naik keatas untuk mencium bibirnya. Tangan Lia membimbing tanganku untuk meremas kembali payudaranya. 

Kesempatan ini saya menggesek-gesekkan penisku yang masihlah ada di dalam celana ke selangkangannya. Roknya terungkap lantaran dia buka pahanya lebar, gesekan penisku segera ke celana dalamnya yang telah mulai basah itu. 

Gesekan penisku memperoleh tanggapan, Lia turut menggoyang pinggulnya hingga gesekan kami semakin hebat. 

Sesungguhnya bila diliat gerakan kami telah seperti orang yang bersetubuh, hanya bedanya kami masihlah menggunakan baju komplit, hanya kaos Lia yang terangkat lantaran saya meremas payudaranya segera. 

Saya buka kancing celanaku, buka reslting serta keluarkan penisku. Sesudah penisku keluar, saya menusuk-nusukkan penisku ke celana dalamnya yang basah itu. Bila celana dalam itu tak ada, tentu penisku telah menerobos lobang vagina perawan Lia. 

Dengan gerakan tusuk-tusuk itu, Lia semakin mengelinjang. Saya telah tak mencium bibirnya, dia lebih pilih menggerak-gerakkan kepalanya sesuai sama goyangan selangkangannya sembari keluarkan beberapa nada lenguhan 

“Ahh.. Ahh.. Ah…”. Saya semakin tak tahan, saya meraba selangkangannya dari luar celana dalamnya. Hmmm.. basah sekali disitu. 

Saya nekat, saya menarik tepi celana dalamnya hingga vaginanya terbuka lebar, Saya gesekkan penisku ke belahan vagina Lia, 

“Akhhhhh.. Akh… Akhh.. ” Lia semakin mengelinjang. Saya cobalah menusuk penis kevaginanya sedikit keras.

“Aduh       ” teriak Lia dan tangannya mendarat dipipiku “Plak     ”. Lia mendorong tubuhku kuat-kuat.

“Rian kamu jahat       ” pekiknya kemudian mulai menangis.

“Maafin aku Lia, aku kira kamu juga mau” kilahku.

“Rian jahat, kita harusnya gak boleh melakukan ini” katanya sambil menangis.

“Maafin aku Lia, aku khilaf. Aku terbawa nafsu” jawabku.

Lia menutup mukanya sambil menangis. Hmmn…. aku menarik nafas menyesal. Aku duduk disebelahnya mencoba untuk mengelus kepalanya, tapi tanganku ditepis. Akhirnya aku hanya duduk terdiam.

Setelah beberapa lama, tangis Lia mereda, dia mulai membenahi bra dan pakaiannya, kemudian berkata

“Ayo kita pulang..”. Dia mengatakan itu dengan muka marah. Aku yang dibebani rasa bersalah mulai berkemas.

Sepanjang perjalanan Lia hanya terdiam dengan wajah muram sedikit marah. Akupun terdiam takut memancing kemarahan Lia lebih besar.

Lanjut ke halaman berikutnya…

Unknown / Author & Editor

Has laoreet percipitur ad. Vide interesset in mei, no his legimus verterem. Et nostrum imperdiet appellantur usu, mnesarchum referrentur id vim.

0 komentar:

Posting Komentar

Coprights @ 2016, Blogger Templates Designed By Templateism | Templatelib