Now you can Subscribe using RSS

Submit your Email

Kamis, 04 Agustus 2016

Cerita Seks Dewasa Ibu Dosen Mengajariku Ngentot

Unknown

Aku Diajari Ngentot Sama Ibu Dosen

                                               Gambar Ibu Dosen Mengajariku Ngentot

Aku Diajari Ngentot Sama Ibu Dosen

Namaqu Nova, sekarang aqu tinggal di Yogyakarta dengan fasilitas yang sangat baik sekali. Sejalan dengan waktu, kini aqu bisa kuliah di universitas keinginanku.  Kupikir aqu cukup beruntung bisa bekerja sambil kuliah sehingga aqu mempunyai penghasilan tinggi. Virni adalah dosen yang mengajar mengajar mata kuliah bahasa inggris.

Berawal dari reuni SMA-ku di Jakarta. Setelah itu aqu bertemu dengan dosen bahasa inggrisku, kita berbicara dengan akrabnya. Ternyata Ibu Virni masih segar bugar dan amat menggairahkan. Penampilannya amat menakjubkan, memakai rok mini yang ketat, kaos top tank sehingga lekuk tubuhnya nampak begitu jelas.

Jelas saja dia masih muda sebab sewaktu aqu SMA dulu dia adalah guru termuda yang mengajar di sekolah kita. Sekolahku itu cuma terdiri dari dua kelas, kebanyakan siswanya adalah wanita. Cukup lama aqu berbicara dengan Ibu Virni, kita rupanya tidak sadar waktu berjalan dengan cepat sehingga para undangan harus pulang. Lalu kita pun berjalan munuju ke pintu gerbang sambil menyusuri ruang kelas tempatku belajar waktu SMA dulu.
Tiba-tiba Ibu Virni teringat bahwa tasnya tertinggal di dalam kelas sehinga kita terpaksa kembali ke kelas. Waktu itu kira-kira hampir jam dua belas malam, tinggal kita berdua. Lampu-lampu di tengah lapangan saja yang tersisa. Sesampainya di kelas, Ibu Virni pun mengambil tasnya kemudian aqu teringat akan masa lalu bagaimana rasanya di kelas bersama dengan kawan-kawan. Lamunanku buyar ketika Ibu Virni memanggilku.
“Kenapa Nova”
“Ah.. tidak apa-apa”, jawabku. (sebetulnya suasana hening dan amat merinding itu membuat gairahku bergejolak apalagi ada Ibu Virni di sisiku, membuat jantungku selalu berdebar-debar).
“Ayo Nova kita pulang, nanti Ibu kehabisan angkutan”, kata Ibu Virni.
“Sebaiknya Ibu saya antar saja dengan mobil saya”, jawabku dengan ragu-ragu.
“Terima kasih Nova”.
Tanpa sengaja aqu mengutarakan isi hatiku kepada Ibu Virni bahwa aqu suka kepadanya,
“Oh my God what i’m doing”, dalam hatiku. Ternyata keadaan berkata lain, Ibu Virni terdiam saja dan langsung keluar dari ruang kelas. Aqu panik dan berusaha minta maaf. Ibu Virni ternyata sudah cerai dengan suaminya yang bule itu, katanya suaminya pulang ke negaranya. Aqu tertegun dengan pernyataan Ibu Virni. Kita berhenti sejenak di depan kantornya lalu Ibu Virni mengeluarkan kunci dan masuk ke kantornya, kupikir untuk apa masuk ke dalam kantornya malam-malam begini. Aqu semakin penasaran lalu masuk dan bermaksud mengajaknya pulang tapi Ibu Virni menolak. Aqu merasa tidak enak lalu menunggunya, kurangkul pundak Ibu Virni, dengan cepat Ibu Virni hendak menolak tetapi ada kejadian yang tak terduga, Ibu Virni menciumku dan aqu pun membalasnya.
Ohh.., alangkah senangnya aqu ini, lalu dengan cepat aqu menciumnya dengan segala kegairahanku yang terpendam. Ternyata Ibu Virni tak mau kalah, ia menciumku dengan gairah yang sangat besar mengharapkan kehangatan dari seorang pria. Dengan sengaja aqu menyusuri dadanya yang besar, Ibu Virni terengah sehingga ciuman kita bertambah panas kemudian terjadi pergumulan yang sangat seru. Ibu Virni memainkan tangannya ke arah gagang kemaluanku sehingga aqu sangat terangsang. Lalu aqu meminta Ibu Virni membuka pakaiannya, satu persatu kancing pakaiannya dibukanya dengan lembut, kutatap dengan penuh gairah. Ternyata dugaanku salah, dadanya yang kusangka kecil ternyata amat besar dan indah, BH-nya berwarna hitam berenda yang modelnya amat seksi.

Lantaran tak sabar jadi kucium lehernya serta saat ini Ibu Virni 1/2 telanjang, aqu tidak ingin segera menelanjanginya, hingga perlahan kunikmati keindahan badannya. Aqu juga buka baju hingga badanku yang tegap serta atletis menghidupkan gairah Ibu Virni, 
“Nova Ibu ingin bercinta denganmu saat ini.., Nova, tutup pintunya dahulu dong”, bisiknya dengan nada agak bergetar, mungkin saja menahan birahinya yang juga mulai naik 
Tanpa ada diminta 2 x, secepat kilat aqu selekasnya tutup pintu depan. Pasti supaya kondisi aman serta teratasi. Kemudian aqu kembali pada Ibu Virni. Saat ini aqu jongkok di depannya. Mengungkap rok mininya serta merenggangkan ke-2 kakinya. Wuih, begitu mulus ke-2 pahanya. Pangkalnya terlihat menggunduk dibungkus celana dalam warna hitam yang sangat minim. Sembari mencium pahanya tanganku menelusup di pangkal pahanya, meremas-remas lubang senggamanya serta klitorisnya yang juga besar. Lidahku semakin naik ke atas. Ibu Virni menggelinjang kegelian sembari mendesah halus. Pada akhirnya jilatanku hingga di pangkal pahanya. 
“Mau apa anda sshh… sshh”, tanyanya lirih sembari memegangi kapalaqu erat-erat. 
“Ooo… oh.. oh.. ”, desah Ibu Virni keenakan saat lidahku mulai bermain-main di gundukan lubang kenikmatannya. Terlihat dia keenakan walau masihlah dibatasi celana dalam. 
Serangan juga kutingkatkan. Celananya kulepaskan. Saat ini piranti rahasia kepunyaannya ada di depan mataqu. Kemerahan dengan klitoris yang besar sesuai sama sangkaanku. Di sekitarnya ditumbuhi rambut yg tidak demikian lebat. Lidahku lalu bermain di bibir kemaluannya. Pelan-pelan mulai masuk kedalam dengan beberapa gerakan melingkar yang bikin Ibu Virni semakin keenakan, hingga mesti mengangkat-angkat pinggulnya. 
“Aahh… Anda pandai sekali. Belajar dari tempat mana hh…” 
Tanpa ada sungkan-sungkan Ibu Virni mencium bibirku. Lantas tangannya menyentuh celanaqu yang menonjol akibat gagang kemaluanku yang ereksi optimal, meremas-remasnya sebagian waktu. Begitu lembut ciumannya, walau masihlah polos. Aqu selekasnya menjulurkan lidahku, memainkan di rongga mulutnya. Lidahnya kubelit hingga dia seperti akan tersendak. Awal mulanya Ibu Virni seperti bakal memberontak serta melepas diri, namun tidak kubiarkan. Mulutku seperti menempel di mulutnya. 
“Uh anda pengalaman sekali ya. Sama siapa? Pacarmu? ”, tanyanya di antara kecipak ciuman yang membara serta mulai liar. Aqu tidak menjawab. Tanganku mulai mempermainkan ke-2 buah dadanya yang terlihat menggairahkan itu. Agar tak merepotkanku, BH-nya kulepas. Saat ini dia telanjang dada. Tidak senang, selekasnya kupelorotkan rok mininya. Nah saat ini dia telanjang bulat. Begitu bagus badannya. Padat, kencang serta putih mulus. 
“Nggak adil. Anda harus juga telanjang.. ” Ibu Virni juga menanggalkan kaos, celanaqu, serta paling akhir celana dalamku. Gagang kemaluanku yang tegak penuh selekasnya diremas-remasnya. Tanpa ada dikomando kita rebah diatas ranjang, berguling-guling, sama-sama menindih. Aqu menunduk ke selangkangannya, mencari pangkal kesenangan kepunyaannya. Tanpa ada ampun lagi mulut serta lidahku menyerang daerah itu dengan liar. Ibu Virni mulai keluarkan desahan-desahan tertahan menahan nikmat. Nyaris lima menit kita nikmati permainan itu. Setelah itu aqu merangkak naik. Menyorongkan gagang kemaluanku ke mulutnya. 
“Gantian dong.. ” Tanpa ada menanti jawabannya selekasnya kumasukkan gagang kemaluanku ke mulutnya yang mungil. Awal mulanya agak kesusahan, namun lama-lama dia dapat beradaptasi hingga tidak lama gagang kemaluanku masuk ke rongga mulutnya. 
“Justru di situ enaknya.., Sampai kini sama suami main seksnya bagaimana? ”, tanyaqu sembari menciumi buah dadanya. Ibu Virni tidak menjawab. Dia jadi mencium bibirku dengan penuh gairah. Tanganku juga dengan cara bertukaran memainkan ke-2 buah dadanya yang kenyal serta selangkangannya yang mulai basah. Aqu tahu, wanita itu telah kepengin disetubuhi. Tetapi aqu berniat membiarkan dia jadi penasaran sendiri. 
Namun lama-lama aqu tak tahan juga, gagang kemaluanku juga telah menginginkan selekasnya menggenjot lubang kenikmatannya. Pelan-pelan aqu mengarahkan kemaluanku yang kaqu serta keras itu ke arah selangkangannya. Saat mulai menembus lubang kenikmatannya, kurasakan badan Ibu Virni agak gemetar. 
“Ohh…”, desahnya saat sedikit untuk sedikit gagang kemaluanku masuk ke lubang kenikmatannya. Sesudah semua kemaluanku masuk, aqu selekasnya bergoyang naik turun diatas badannya. Aqu semakin terangsang oleh desahan-desahan kecil, lenguhan dan ke-2 buah dadanya yang turut bergoyang-goyang. 
Tiga menit sesudah kugenjot, Ibu Virni menjepitkan ke-2 kakinya ke pinggangku. Pinggulnya dinaikkan. Nampaknya dia bakal orgasme. Genjotan gagang kemaluanku kutingkatkan. 
“Ooo… ahh… hmm… ssshh…”, desahnya dengan badan menggelinjang menahan kesenangan puncak yang diperolehnya. Kubiarkan dia nikmati orgasmenya sebagian waktu. Kuciumi pipi, dahi, serta semua berwajah yang berkeringat. 
“Sekarang Ibu Virni berbalik. Menungging diatas meja.., saat ini kita main dong diatas meja ok! ” Aqu mengatur badannya serta Ibu Virni menurut. Dia saat ini bertumpu pada siku serta kakinya.

“Gaya apa lagi ini?”, tanyanya.
Setelah siap aqu pun mulai menggenjot dan menggoyang tubuhnya dari belakang. Ibu Virni kembali menjerit dan mendesah merasakan kenikmatan yang tiada taranya, yang mungkin selama ini belum pernah dia dapatkan dari suaminya. Setelah dia orgasme sampai dua kali, kita istirahat.
“Lelah?”, tanyaqu.
“Kamu ini aneh-aneh saja. Sampai mau remuk tulang-tulangku”.
“Tapi kan nikmat Bu..”, jawabku sambil kembali meremas buah dadanya yang menggemaskan.
“Ya deh kalau lelah. Tapi tolong sekali lagi, aqu pengin masuk agar spermaqu keluar. Nih sudah nggak tahan lagi gagang kemaluanku. Sekarang Ibu Virni yang di atas”, kataqu sambil mengatur posisinya.

Aqu terletang dan dia menduduki pinggangku. Tangannya kubimbing agar memegang gagang kemaluanku masuk ke selangkangannya. Setelah masuk tubuhnya kunaik-turunkan seirama genjotanku dari bawah. Ibu Virni tersentak-sentak mengikuti irama goyanganku yang makin lama kian cepat. Buah dadanya yang ikut bergoyang-goyang menambah gairah nafsuku. Apalagi diiringi dengan lenguhan dan desahannya saat menjelang orgasme. Ketika dia mencapai orgasme aqu belum apa-apa.
Posisinya segera kuubah ke gaya konvensional. Ibu Virni kurebahkan dan aqu menembaknya dari atas. Mendekati orgasme aqu meningkatkan frekuensi dan kecepatan genjotan gagang kemaluanku.
“Oh Ibu Virni.., aqu mau keluar nih ahh..” Tak lama kemudian spermaqu muncrat di dalam lubang kenikmatannya. Ibu Virni kemudian menyusul mencapai orgasme. Kita berpelukan erat. Kurasakan lubang kenikmatannya begitu hangat menjepit gagang kemaluanku. Lima menit lebih kita dalam posisi rileks seperti itu.
Kita berpelukan, berciuman, dan saling meremas lagi. Seperti tak puas-puas merasakan kenikmatan beruntun yang baru saja kita rasakan. Setelah itu kita bangun di pagi hari, kita pergi mencari sarapan dan bercakap-cakap kembali. Ibu Virni harus pergi mengajar hari itu dan sorenya baru bisa kujemput.
Sore telah tiba, Ibu Virni kujemput dengan mobilku. Kita makan di mall dan kita pun beranjak pulang menuju tempat parkir. Di tempat parkir itulah kita beraksi kembali, aqu mulai menciumi lehernya. Ibu Virni mendongakkan kepala sambil memejamkan mata, dan tanganku pun mulai meremas kedua buah dadanya. Nafas Ibu Virni makin terengah, dan tanganku pun masuk di antara kedua pahanya. Celana dalamnya sudah basah, dan jariku mengelus belahan yang membayang.
“Uuuhh.., mmmhh..”, Ibu Virni menggelinjang, tapi gairahku sudah sampai ke ubun-ubun dan aqu pun membuka dengan paksa pakaian dan rok mininya.
Aaahh..! Ibu Virni dengan posisi yang menantang di jok belakang dengan memakai BH merah dan CD merah. Aqu segera mencium puting susunya yang besar dan masih terbungkus dengan BH-nya yang seksi, berganti-ganti kiri dan kanan. Tangan Ibu Virni mengelus bagian belakang kepalaqu dan erangannya yang tersendat membuatku makin tidak sabar. Aqu menarik lepas celana dalamnya, dan nampaklah bukit kemaluannya. Aqupun segera membenamkan kepalaqu ke tengah ke dua pahanya. “Ehhh…, mmmhh..”. Tangan Ibu Virni meremas jok mobilku dan pinggulnya bergetar ketika bibir kemaluannya kucumbui. Sesekali lidahku berpindah ke perutnya dan menjilatinya dengan perlahan.
“Ooohh.., aduuuhh..”. Ibu Virni mengangkat punggungnya ketika lidahku menyelinap di antara belahan kemaluannya yang masih begitu rapat. Lidahku bergerak dari atas ke bawah dan bibir kemaluannya mulai membuka. Sesekali lidahku membelai klitorisnya yang membuat tubuh Ibu Virni terlonjak dan nafas Ibu Virni seakan tersendak. Tanganku naik ke dadanya dan meremas kedua bukit dadanya. Putingnya membesar dan mengeras. Ketika aqu berhenti menjilat dan mengulum, Ibu Virni tergeletak terengah-engah, matanya terpejam. Tergesa aqu membuka semua pakaianku, dan kemaluanku yang tegak teracung ke langit-langit, kubelai-belaikan di pipi Ibu Virni.
“Mmmhh…, mmmhh.., ooohhm..”. Ketika Ibu Virni membuka bibirnya, kujejalkan kepala kemaluanku, kini iapun mulai menyedot. Tanganku bergantian meremas dadanya dan membelai kemaluannya.
“Oouuuh Ibu Virni.., enaaaak.., teruuuss…”, erangku.
Ibu Virni terus mengisap gagang kemaluanku sambil tangannya mengusap lubang kenikmatannya yang juga telah banjir karena terangsang menyaksikan gagang kemaluanku yang begitu besar dan perkasa baginya. Hampir 20 menit dia menghisap gagang kemaluanku dan tak lama terasa sekali sesuatu di dalamnya ingin meloncat ke luar.
“Ibu Virni.., ooohh.., enaaak.., teruuus”, teriakku. Dia mengerti kalau aqu mau keluar, maka dia memperkuat hisapannya dan sambil menekan lubang kenikmatannya, aqu lihat dia mengejang dan matanya terpejam, lalu..,
“Creet.., suuurr.., ssuuur..”
“Oughh.., Nova.., nikmat..”, erangnya tertahan karena mulutnya tersumpal oleh gagang kemaluanku. Dan karena hisapannya terlalu kuat akhirnya aqu juga tidak kuat menahan ledakan dan sambil kutahan kepalanya, kusemburkan maniku ke dalam mulutnya,
“Crooot.., croott.., crooot..”, banyak sekali maniku yang tumpah di dalam mulutnya.
“Aaahkk.., ooough”, ujarku puas. Aqu masih belum merasa lemas dan masih mampu lagi, aqupun naik ke atas tubuh Ibu Virni dan bibirku melumat bibirnya. Aroma kemaluanku ada di mulut Ibu Virni dan aroma kemaluan Ibu Virni di mulutku, bertukar saat lidah kita saling membelit. Dengan tangan, kugesek-gesekkan kepala kemaluanku ke celah di selangkangan Ibu Virni, dan sebentar kemudian kurasakan tangan Ibu Virni menekan pantatku dari belakang.
“Ohm, masuk.., augh.., masukin”
Perlahan kemaluanku mulai menyeruak masuk ke lubang kemaluannya dan Ibu Virni semakin mendesah-desah. Segera saja kepala kemaluanku terasa tertahan oleh sesuatu yang kenyal. Dengan satu hentakan, tembuslah halangan itu. Ibu Virni memekik kecil. Aqu menekan lebih dalam lagi dan mulutnya mulai menceracau,
“Aduhhh.., ssshh.., iya.., terus.., mmmhh.., aduhhh.., enak.., Nova”
Aqu merangkulkan kedua lenganku ke punggung Ibu Virni, lalu membalikkan kedua tubuh kita sehingga Ibu Virni sekarang duduk di atas pinggulku. Nampak kemaluanku menancap hingga pangkal di kemaluannya. Tanpa perlu diajari, Ibu Virni segera menggerakkan pinggulnya, sementara jari-jariku bergantian meremas dan menggosok buah dadanya, klitoris dan pinggulnya, dan kitapun berlomba mencapai puncak.
Lewat beberapa waktu, gerakan pinggul Ibu Virni makin menggila dan iapun membungkukkan tubuhnya dengan bibir kita saling melumat. Tangannya menjambak rambutku, dan akhirnya pinggulnya berhenti menyentak. Terasa cairan hangat membalur seluruh gagang kemaluanku. Setelah tubuh Ibu Virni melemas, aqu mendorongnya hingga telentang, dan sambil menindihnya, aqu mengejar puncak orgasmeku sendiri. Ketika aqu mencapai orgasme, Ibu Virni tentu merasakan siraman air maniku di lubang kenikmatannya, dan iapun mengeluh lemas dan merasakan orgasmenya yang kedua. Sekian lama kita diam terengah-engah, dan tubuh kita yang basah kuyup dengan keringat masih saling bergerak bergesekan, merasakan sisa-sisa kenikmatan orgasme.

Unknown / Author & Editor

Has laoreet percipitur ad. Vide interesset in mei, no his legimus verterem. Et nostrum imperdiet appellantur usu, mnesarchum referrentur id vim.

0 komentar:

Posting Komentar

Coprights @ 2016, Blogger Templates Designed By Templateism | Templatelib