Now you can Subscribe using RSS

Submit your Email

Kamis, 04 Agustus 2016

Cerita Seks Dewasa Kunikmati Bercinta Dengan Sopirku

Unknown

Bercinta Dengan sopirku

                                                     Gambar Bercinta Dengan Sopirku

Bercinta Dengan sopirku

Cerita ini berlangsung waktu saya tengah sendirian si tempat tinggal, saat itu di rumah hanya ada saya serta supirku yg kira2 berusia 45th. Oh ya kenalin dahulu nama saya Devina selvira. Saya termasuk juga sebagai anak sebagai incaran beberapa cowok. Badanku cukup seimbang untuk seusiaku dengan payudara yang tengah namun kencang dan pinggul yang membuat, pinggang serta perutku juga ukurannya cocok lantaran rajin berolahraga, ditambah lagi kulitku yang putih mulus ini. 

Saya pertama mengetahui sex dari pacarku yang selang beberapa saat putus, pengalaman pertama itu membuatku haus sex serta senantiasa menginginkan coba pengalaman yang lebih ramai. Sekian kali saya berpacaran singkat yang senantiasa berbuntut di ranjang. Saya begitu jemu dengan kehidupan seksku, saya inginkan seorang yang dapat membuatku menjerit-jerit serta tidak berkutik kehabisan tenaga. 

Saat itu saya habiz bangun tidur, namun udara dindin yang berhembus bikin badanku terasa horny. saya selalu ke dapur inin bikin teh hangat, namun waktu kedapur kulihat pak Parjono supirku tertidur tanpa ada kenakan pakaian hanya menggunakan celana kolor yang pendek. Tampak diamempunyai tubuh yang tinggi besar dan diisi, kulitnya kehitam-hitaman lantaran kerap bekerja dibawah sinar matahari (dia dahulu bekerja sebagai sopir truk di pelabuhan). 
Saya kerap memergokinya tengah mencermati bentuk badanku, memanglah sih saya kerap menggunakan pakaian yang minim dirumah lantaran panasnya iklim di kotaku.. Demikian halnya saya, saya kerap memikirkan bagaimana apabila saya disenggamai olehnya, seperti apa rasa-rasanya apabila batangnya yang tentu kekar seperti badannya itu mengaduk-aduk kewanitaanku. Namun saat itu saya belum seberani saat ini, saya masihlah beberapa sangsi pikirkan ketidaksamaan status di antara kita. 
namun lantaran mungkin saja perasaanku yang telah tak sabar, saya berpura-pura tak enak tubuh serta kubangunkan pak Parjono untuk membikinkan saya teh hangat & kusuruh untuk mengantar kekamar. Di kamar, kubaringkan badanku ke ranjang. Saat dia ingin keluar saya menghindarnya serta menyuruhnya memijat kepalaku. Dia terlihat tegang serta berulang-kali menelan ludah lihat posisi tidurku itu serta dadaku yang putih agak menyembul lantaran kancing atasnya telah terbuka, terlebih saat kutekuk kaki kananku hingga kontan paha mulus serta CD-ku terungkap. 
Meskipun memijat kepalaku, tetapi matanya selalu terukur pada pahaku yang terungkap. Lantaran terus menerus disajikan panorama seperti itu ditambah lagi dengan geliat badanku, pada akhirnya dia tak tahan lagi memegang pahaku. Tangannya yang kasar itu mengelusi pahaku serta merayap semakin dalam sampai menggosok-gosok kemaluanku dari luar celana dalamku. 
“Ssshhh…Bang” desahku dengan agak gemetar saat jarinya menghimpit sisi tengah kemaluanku yang masihlah terbungkus celana dalam. 
“Tenang non…saya telah daridulu kesengsem sama non, terlebih bila ngeliat non pakai pakaian berolahraga, duh lebih tidak kuat abang ngeliatnya juga” tuturnya merayu sembari selalu mengelusi sisi pangkal pahaku dengan jarinya. 
Parjono mulai menjilati pahaku yang putih mulus, kepalanya masuk kedalam rok miniku, jilatannya perlahan mulai menyebar menuju ke tengah. Saya cuma bisa mencengkram sprei serta kepala Parjono yang terselubung rokku waktu kurasakan lidahnya yang tidak tipis serta kasar itu menyusup ke tepi celana dalamku lantas menyentuh bibir kemaluanku. Tidak cuma bibir kemaluanku yang dijilatinya, namun lidahnya juga masuk ke liang kemaluanku, rasa-rasanya wuiihh…gak karuan, geli-geli enak seperti ingin pipis. Tangannya yang selalu mengelus paha serta pantatku mempercepat naiknya libidoku, terlebih mulai sejak sejak sekian hari paling akhir ini saya belum mengerjakannya lagi.

Tidak lama kemudian, Parjono menarik kepalanya keluar dari rokku, berbarengan dengan itu juga celana dalamku turut ditarik terlepas olehnya. Matanya seperti ingin copot lihat kewanitaanku yang telah tak tertutup apa-apa lagi dari balik rokku yang terungkap. Dia dekap badanku dari belakang dalam posisi berbaring menyamping. Dengan lembut dia membelai permukaannya yang ditumbuhi bulu-bulu halus itu. Sesaat tangan yang satunya mulai naik ke payudaraku, darahku semakin bergolak saat telapak tangannya yang kasar itu menyusup ke balik bra-ku lalu meremas daging kenyal di baliknya. 
“Non, payudaranya bagus amat…. sama bagusnya kaya memeknya, non geram gak saya giniin? ” tanyanya dekat telingaku hingga deru nafasnya terasanya menggelitik. 
Saya cuma menggelengkan kepalaku serta meresapi dalam-dalam elusan-elusan pada daerah sensitifku. Parjono yang terasa memperoleh restu dariku jadi makin buas, jari-jarinya saat ini tidak cuma mengelus kemaluanku namun juga mulai mengorek-ngoreknya, cup bra-ku yang samping kanan di turunkannya hingga dia bisa lihat terang payudaraku dengan putingnya yang mungil. 
Saya rasakan benda keras dibalik celananya yang digesek-gesek pada pantatku. Parjono terlihat begitu bernafsu lihat payudaraku yang montok itu, tangannya meremas-remas serta kadang-kadang memilin-milin putingnya. Remasannya makin kasar serta mulai mencapai yang kiri sesudah dia pelorotkan cup-nya. Saat dia menciumi leher jenjangku merasa olehku nafasnya juga telah memburu, bulu kudukku merinding saat lidahnya menyapu kulit leherku dibarengi cupangan. Saya cuma dapat meresponnya dengan mendesah serta merintih, bahkan juga menjerit pendek saat remasannya pada dadaku mengencang atau jarinya mengebor kemaluanku lebih dalam. Cupanganya bergerak naik menuju mulutku meninggalkan jejak berbentuk air liur serta sisa gigitan di permukaan kulit yang dilewati. Bibirnya pada akhirnya berjumpa dengan bibirku menyumbat eranganku, dia menciumiku dengan gemas. 
Awal mulanya saya hindari di cium olehnya lantaran Parjono perokok jadi bau nafasnya tak enak, tetapi dia bergerak lebih cepat serta sukses melumat bibirku. Lama-lama mulutku mulai terbuka membiarkan lidahnya masuk, dia menyapu langit-langit mulutku serta menggelikitik lidahku dengan lidahnya hingga lidahku juga ikut beradu dengannya. Kami larut dalam birahi hingga bau mulutnya itu seakan-akan hilang, terlebih saat ini saya lebih berani memainkan lidahku didalam mulutnya. Sesudah senang berrciuman, Parjono melepas dekapannya serta melepas ikat pinggang usangnya, lantas buka celana tersebut kolornya. Jadi menyembullah kemaluannya yang telah menegang daritadi. Saya lihat takjub pada benda itu yang demikian besar serta berurat, warnanya hitam juga. Tambah lebih menggairahkan di banding punya rekan-rekan SMU-ku yang pernah ML denganku. 
Dengan tetaplah menggunakan kaos berkerahnya, dia berlutut di samping kepalaku serta memohonku mengelusi senjatanya itu. Akupun pelan-pelan mencapai benda itu, ya ampun tanganku yang mungil tidak muat menggenggamnya, sungguh fantastis ukurannya. 
“Ayo non, emutin kemaluan saya ini dong, tentu yahud rasa-rasanya jika diemut sama non” tuturnya. 
Kubimbing kemaluan dalam genggamanku ke mulutku yang mungil serta merah, uuhhh…susah sekali memasukkannya lantaran ukurannya. Sepintas tercium bau keringat dari kemaluannya hingga saya mesti menahan nafas juga merasa asin saat lidahku menyentuh kepalanya, tetapi saya selalu memasukkan lebih dalam ke mulutku lantas mulai memaju-mundurkan kepalaku. Terkecuali menyepong tanganku ikut aktif mengocok maupun memijati buah pelirnya. 
“Uaahh…uueennakk banget, non telah pengalaman yah” ceracaunya nikmati seponganku, sesaat tangannya yang bercokol di payudaraku tengah asik memelintir serta memencet putingku. 
Sesudah melalui 15 menitan dia melepas kemaluannya dari mulutku, kelihatannya dia tidak ingin cepat-cepat orgasme sebelumnya permainan yang lebih dalam. Akupun terasa lebih lega lantaran mulutku telah pegal serta bisa kembali hirup hawa fresh. Dia beralih posisi diantara ke-2 iris pahaku dengan kemaluan terukur ke kemaluanku. Bibir kemaluanku diungkapkannya hingga mengganga lebar siap dimasuki serta tangan yang satunya menuntun kemaluannya menuju tujuan. 
“Tahan yah non, mungkin saja akan sakit sedikit, namun ke sananya tentu ueenak tenan” katanya 
Kemaluannya yang kekar itu menancap perlahan didalam kemaluanku. Saya memejamkan mata, meringis, serta merintih menahan rasa perih akibat gesekan benda itu pada milikku yang masihlah sempit, hingga mataku berair. Kemaluannya sulit sekali menerobos kemaluanku yang baru pertama kalinya dimasuki yang sebesar itu (punya beberapa rekanku tak seperkasa yang satu ini) meskipun telah dilumasi oleh lendirku.

Parjono memaksanya perlahan-lahan untuk memasukinya. Baru kepalanya saja yang masuk aku sudah kesakitan setengah mati dan merintih seperti mau disembelih. Ternyata si Parjono lihai juga, dia memasukkan kemaluannya sedikit demi sedikit kalau terhambat ditariknya lalu dimasukkan lagi. Kini dia sudah berhasil memasukkan setengah bagiannya dan mulai memompanya walaupun belum masuk semua. Rintihanku mulai berubah jadi desahan nikmat. Kemaluannya menggesek dinding-dinding kemaluanku, semakin cepat dan semakin dalam, saking keenakannya dia tak sadar kemaluannya ditekan hingga masuk semua. Ini membuatku merasa sakit bukan main dan aku menyuruhnya berhenti sebentar, namun Parjonoyang sudah kalap ini tidak mendengarkanku, malahan dia menggerakkan pinggulnya lebih cepat. Aku dibuatnya serasa terbang ke awang-awang, rasa perih dan nikmat bercampur baur dalam desahan dan gelinjang tubuh kami.
“Ooohh…Non Devina, sayang…sempit banget…memekmu…enaknya !” ceracaunya di tengah aktivitasnya.

Dengan tetap menggenjot, dia melepaskan kaosnya dan melemparnya. Sungguh tubuhnya seperti yang kubayangkan, begitu berisi dan jantan, otot-ototnya membentuk dengan indah, juga otot perutnya yang seperti kotak-kotak. Dari posisi berlutut, dia mencondongkan tubuhnya ke depan dan menindihku, aku merasa hangat dan nyaman di pelukannya, bau badannya yang khas laki-laki meningkatkan birahiku. Kembali dia melancarkan pompaannya terhadapku, kali ini ditambah lagi dengan cupangan pada leher dan pundakku sambil meremas payudaraku. Genjotannya semakin kuat dan bertenaga, terkadang diselingi dengan gerakan memutar yang membuat kemaluanku terasa diobok-obok.
“Ahh…aahh…yeahh, terus entot gua bang” desahku dengan mempererat pelukanku.

Aku mencapai orgasme dalam 20 menit dengan posisi seperti ini, aku melepaskan perasaan itu dengan melolong panjang, tubuhku mengejang dengan dahsyat , kukuku sampai menggores punggungnya, cairan kenikmatanku mengalir deras seperti mata air. Setelah gelombang birahi mulai mereda dia mengelus rambut panjangku seraya berkata
“Non cantik banget waktu keluar tadi, tapi non pasti lebih cantik lagi kalau telanjang, saya bukain bajunya yah non, udah basah gini”
Aku cuma bisa mengangguk dengan nafas tersenggal-senggal tanda setuju. Memang badanku sudah basah berkeringat sampai baju seragamku seperti kehujanan, apalagi AC-nya tidak kunyalakan. Parjono meloloskan pakaianku satu persatu, yang terakhir adalah rok abu-abuku yang dia turunkan lewat kakiku, hingga kini yang tersisa hanya sepasang anting di telingaku dan sebuah cincin yang melingkar di jariku.
Dia menelan ludah menatapi tubuhku yang sudah polos, butir-butir keringat nampak di tubuhku, rambutku yang terurai sudah kusut. Tak henti-hentinya di memuji keindahan tubuhku yang bersih terawat ini sambil menggerayanginya. Kemudian dia balikkan tubuhku dan menyuruhku menunggingkan pantat. Akupun mengangkat pantatku memamerkan kemaluanku yang merah merekah di hadapan wajahnya.Parjono mendekatkan wajahnya ke sana dan menciumi kedua bongkahan pantatku, dengan gemas dia menjilat dan mengisap kulit pantatku, sementara tangannya membelai-belai punggung dan pahaku. Mulutnya terus merambat ke arah selangkangan. Aku mendesis merasakan sensasi seperti kesetrum waktu lidahnya menyapu naik dari kemaluan sampai anusku. Kedua jarinya kurasakan membuka kedua bibir kemaluanku, dengusan nafasnya mulai terasa di sana lantas dia julurkan lidahnya dan memasukkannya disana. Aku mendesah makin tak karuan, tubuhku menggelinjang, wajahku kubenamkan ke bantal dan menggigitnya, pinggulku kugerak-gerakkan sebagai ekspresi rasa nikmat.
Di tengah-tengah desahan nikmat mendadak kurasakan kok lidahnya berubah jadi keras dan besar pula. Aku menoleh ke belakang, ternyata yang tergesek-gesek di sana bukan lidahnya lagi tapi kepala kemaluannya. Aku menahan nafas sambil menggigit bibir merasakan kejantanannya menyeruak masuk. Aku merasakan rongga kemaluanku hangat dan penuh oleh kemaluannya. Urat-urat batangnya sangat terasa pada dinding kemaluanku.
“Oouuhh…Bang !” itulah yang keluar dari mulutku dengan sedikit bergetar saat kemaluannya amblas ke dalamku.
Dia mulai mengayunkan pinggulnya mula-mula lembut dan berirama, namun semakin lama frekuensinya semakin cepat dan keras. Aku mulai menggila, suaraku terdengar keras sekali beradu dengan erangannya dan deritan ranjang yang bergoyang. Dia mencengkamkan kedua tangannya pada payudaraku, terasa sedikit kukunya di sana, tapi itu hanya perasaan kecil saja dibanding sensasi yang sedang melandaku. Hujaman-hujaman yang diberikannya menimbulkan perasaan nikmat ke seluruh tubuhku.
Aku menjerit kecil ketika tiba-tiba dia tarik rambutku dan tangan kanannya yang bercokol di payudaraku juga ikut menarikku ke belakang. Rupanya dia ingin menaikkanku ke pangkuannya. Sesudah mencari posisi yang enak, kamipun meneruskan permainan dengan posisi berpangkuan membelakanginya. Aku mengangkat kedua tanganku dan melingkari lehernya, lalu dia menolehkan kepalaku agar bisa melumat bibirku.
Aku semakin intens menaik-turunkan tubuhku sambil terus berciuman dengan liar. Tangannya dari belakang tak henti-hentinya meremasi dadaku, putingku yang sudah mengeras itu terus saja dimain-mainkan. Gelinjang tubuhku makin tak terkendali karena merasa akan segera keluar, kugerakkan badanku sekuat tenaga sehingga kemaluan itu menusuk semakin dalam.
Mengetahui aku sudah diambang puncak kenikmatan, tiba-tiba dia melepaskan pelukannya dan berbaring telentang. Disuruhnya aku membalikan badanku berhadapan dengannya. Harus kuakui dia sungguh hebat dan pandai mempermainkan nafsuku, aku sudah dibuatnya beberapa kali orgasme, tapi dia sendiri masih perkasa. Dia biarkan aku mencari kepuasanku sendiri dalam gaya woman on top. Kelihatannya dia sangat senang menyaksikan payudaraku yang bergoyang-goyang seirama tubuhku yang naik turun.
Beberapa menit dalam posisi demikian dia menggulingkan tubuhnya ke samping sehingga aku kembali berada di bawah. Genjotan dan dengusannya semakin keras, menandakan dia akan segera mencapai puncak kenikmatan, hal yang sama juga kurasakan pada diriku. Otot-otot kemaluanku berkontraksi semakin cepat meremas-remas kemaluannya. Pada detik-detik mencapai puncak tubuhku mengejang hebat diiringi teriakan panjang. Cairan cintaku seperti juga keringatku mengalir dengan derasnya menimbulkan suara kecipak.
Parjono sendiri sudah mulai orgasme, dia mendesah-desah menyebut namaku, kemaluannya terasa semakun berdenyut dan ukurannya pun makin membengkak, dan akhirnya….dengan geraman panjang dia cabut kemaluannya dari kemaluanku. Isi kemaluannya yang seperti susu kental manis itu dia tumpahkan di atas dada dan perutku. Setelah menyelesaikan hajatnya dia langsung terkulai lemas di sebelah tubuhku yang berlumuran sperma dan keringat.
Aku yang juga sudah KO hanya bisa berbaring di atas ranjang yang seprei nya sudah berantakan, mataku terpejam, payudaraku naik turun seiring nafasku yang ngos-ngosan, pahaku masih mekangkang, celah kemaluanku serasa terbuka lebih lebar dari biasanya. Dengan sisa-sisa tenaga, kucoba menyeka ceceran sperma di dadaku, lalu kujilati maninya dijari-jariku.
Sejak dari itu, Parjono sering memintaku melayaninya kapanpun dan dimanapun ada kesempatan. Waktu mengantar-jemputku tidak jarang dia menyuruhku mengoralnya. Tampaknya dia sudah ketagihan dan lupa bahwa aku ini nona majikannya, bayangkan saja terkadang saat aku sedang tidak ‘mood’ pun dia memaksaku.

Unknown / Author & Editor

Has laoreet percipitur ad. Vide interesset in mei, no his legimus verterem. Et nostrum imperdiet appellantur usu, mnesarchum referrentur id vim.

0 komentar:

Posting Komentar

Coprights @ 2016, Blogger Templates Designed By Templateism | Templatelib