Now you can Subscribe using RSS

Submit your Email

Rabu, 03 Agustus 2016

Cerita Seks Murid Sekolah Yang Genit

Unknown

Murid ABG Sekolahan Yang Nakal

                                                          Gambar Cewek Sekolahan

Murid ABG Sekolahan Yang Nakal

Badanku yang mungil dengan tinggi 152 cm, berikan kesan imut yang kerap jadi daya tarik sendiri untuk beberapa rekanku. Saya adalah seseorang mahasiswi keturunan Chinese dari Medan yang dapat termasuk sebagai pendatang baru di Jakarta. 

Saya merantau ke Jakarta sendirian untuk meneruskan pendidikanku di satu kampus swasta di Jakarta Barat. 

Setiap harinya saya bekerja sebagai guru les privat yang mengajar anak-anak sekolah yang biasanya yaitu anak-anak SMP atau SD. 

Saya lakukan ini untuk membiayai duit kuliah serta semua keperluanku. Maklumlah, sebagai pendatang baru di kota besar seperti Jakarta, saya mesti dapat membiayai semua keperluanku sendiri. 

Terlebih keluargaku yang datang dari daerah juga bukanlah termasuk keluarga yang cukup dapat untuk membiayaiku, jadi saya mengambil keputusan untuk mandiri sendiri di perantauanku. 
Satu hari, saya memperoleh panggilan dari satu keluarga yang menginginkan supaya saya mengajar les anak tunggal mereka. Mereka tawarkan upah yang bagiku sangat tinggi serta kurasa cukup untuk membiayai kehidupanku di Jakarta. 

Tanpa ada fikir panjang lagi, selekasnya kuterima tawaran keluarga itu, serta kami sepakat kalau saya bakal mulai mengajar anak mereka besok sore harinya sepulang kuliah. 

Besok harinya, saya juga datang untuk mulai mengajar murid baruku itu. Sesampainya dirumah itu, saya tertegun lihat arsitektur tempat tinggal itu yang seperti satu istana yang dilengkapi taman hijau serta dikelilingi pagar terali yang tinggi. 

Dibanding dengan rumahku di daerah yang cuma ¼ luas tempat tinggal itu, terlebih tempat kosku yang kecil serta sumpek, sudah pasti mempunyai tempat tinggal seperti ini telah jadi yang diimpikanku mulai sejak kecil. DING-DONG!! Kutekan bel pintu di samping pagar tempat tinggal itu. 

“Siapa? ” terdengar nada wanita di Interkom yang terdapat di samping bel pintu itu. 

“Saya Linda, guru les privat anak anda yang baru! ” jawabku 

“Oh, Linda! Mari, silahkan masuk! ” 

Mendadak, gerbang terali tempat tinggal itu terbuka. Saya juga selekasnya masuk dalam. Pintu garasi itu terbuka serta keluarlah seseorang wanita paruh baya, usianya sekitaran 40-an th.. Dari penampilannya yang necis seperti seseorang business-woman, telah terang kalau ia yaitu yang memiliki tempat tinggal ini. Wanita itu selekasnya menyongsong kedatanganku. 

“Halo, Linda! Bagaimana beritanya? ” 

“Baik-baik saja bu. Anda Bu Diana? Ibu Reza? ” tanyaku dengan sopan. 

“Ya, benar! Mari masuk, kita bicara di dalam! ” katanya mempersilahkanku masuk. 

Sembari menuju ke ruangan tamu, kami berbincang-bincang sesaat. Dari situ saya tahu kalau bu Diana yaitu yang memiliki Bridal Studio terkenal di Jakarta sekalian seseorang desainer gaun pengantin yang kerap pergi ke luar negeri untuk lihat pameran-pameran diluar negeri. 

Bahkan juga, di tempat tinggalnya banyak terpajang piala penghargaan untuk desainer di pameran luar negeri. Sesaat suaminya yaitu kepala cabang satu bank multinasional yang sekarang ini tinggal di Jerman. Jadi ia cuma tinggal berdua saja dengan anaknya dirumah itu. Kerapkali anaknya dititipkan ke kerabatnya jika bu Diana akan pergi ke luar negeri. 

Saya juga dipersilahkan untuk menanti di ruangan tamu sesaat bu Diana mengambilkan minuman untukku. Saya cuma terpaku lihat hiasan-hiasan indah dirumah itu. Perasaan, harga satu diantara hiasan patung maupun lukisan itu cukup untuk membiayai duit kuliahku untuk satu semester. 

“Hayo, kok jadi melamun? ” saya dikejutkan oleh nada bu Diana yang selekasnya menghidangkan satu gelas es sirop untukku. 

“Eh… tidak… maaf, Bu! ” saya tergagap salah tingkah, tetapi bu Diana cuma tersenyum melihatku. 
Bu Diana selekasnya duduk di sofa ruangan tamu didepanku. 

“Nah, Linda. Anda bakal mengajar Reza mulai hari ini. Ibu berharap anda dapat melakukan perbaikan nilai-nilainya di sekolah. ” 

“Baik bu. Saya bakal berupaya sebaik-baiknya. ” 

“Saya suka lihat semangatmu. Namun apa anda tahan hadapi anak-anak nakal? ” 

“Memangnya ada apa, bu? ” tanyaku penasaran 

“Reza saat ini duduk di kelas 2 SMP, usianya th. ini 14 th.. Kamu paham.kamu mengerti, itu saat yang riskan untuk anak remaja. Nilai Reza selalu alami penurunan, ia seringkali menggunakan waktunya buat bermain atau melihat di kamarnya. ” Bu Diana terlihat menghela napas. 

“Tenang saja, bu. Saya bakal berupaya untuk membuatnya belajar. Saya meyakini, nilai Reza pastinya akan selekasnya lebih baik. ” 

“Bagus. Kemampuanmu bakal dinilai melalui nilai-nilai ujian semester mereka Juni ini. ” “Berarti, 5 bln. dari saat ini? ” 

“Benar. Tunggulah sebentar ya, Linda? Ibu bakal memanggil Reza dahulu. ” 

Saya mengangguk menyepakati. Bu Diana lantas beranjak pergi ke lantai atas. Selang beberapa saat, Bu Diana turun beserta seseorang anak lelaki.

Muka anak itu cukup tampan, menurutku. Badannya juga terlihat besar untuk anak seusianya, bahkan juga lebih tinggi dariku. Namun mukanya terlihat masam waktu melihatku yang duduk di hadapannya. 

“Ayo, berikan salam ke Kak Linda! Mulai hari ini dia yang bakal jadi guru privatmu! ” 

“Reza. ” Anak itu terlihat acuh serta menyodorkan tangannya untuk bersalaman denganku. 

“Linda, salam kenal! ” Saya berupaya tersenyum sembari membalas uluran tangannya. 

“Baiklah, mari antar kak Linda ke kamarmu serta mulai belajar! ” perintah bu Diana, yang cuma dijawab oleh gerutuan dari Reza. Saya tersenyum serta ikuti Reza ke kamarnya. 

Mulai sejak hari itu, saya mulai mengajari Reza sebagai guru privatnya. Hari untuk hari berlalu. Tak merasa, telah 3 bln. berlalu mulai sejak hari itu. Setiap hari Senin sampai Jumat sore, saya selalu mengajari Reza sebagai guru privatnya dengan cara teratur. 

Lama-lama saya juga makin mengetahui Reza. Reza kerap bergaul dengan beberapa rekannya, tetapi sayangnya Reza salah pilih pergaulan. Ia bergaul dengan anak-anak nakal di sekolahnya. 

Saya pernah lihat beberapa rekannya yang nakal itu, mereka senantiasa saja mengajak Reza untuk membolos waktu saya mengajar, yang kerapkali dituruti olehnya, belum lagi sikap mereka yang menurutku tak sopan ataupun langkah mereka bergaul yang lebih cenderung ke arah pergaulan bebas. 

Saya senantiasa bersabar mengajari Reza, namun anak itu betul-betul bandel. Setiap saat saya mengajarinya, ia cuma mengacuhkanku maupun bengong melamun. Semuanya pekerjaan yang kuminta untuk ditangani tak pernah disentuhnya sekalipun. 

Parahnya lagi, seringkali kulihat kepingan DVD porno yang disembunyikannya dibawah kasurnya. Saya tak pernah menghiraukan hal semacam itu, lantaran tugasku di sini yaitu untuk mengajarinya bahan pelajaran, bukanlah untuk menceramahinya. 

Mungkin saja lantaran dampak DVD itu serta pergaulannya, dia juga kerap menggodaku untuk jadi pacarnya. Saya memanglah masihlah single, namun pacaran dengan anak di bawah usia? Tidak pernah sekalipun terlintas dipikiranku untuk lakukan hal semacam itu, terlebih Reza yaitu muridku. 

Kerap saya hampir kehilangan kesabaran lantaran tingkah Reza, tetapi saya senantiasa teringat bakal janjiku pada bu Diana untuk melakukan perbaikan nilai Reza serta mengingat cost yang di keluarkan bu Diana untuk membayarku, telah cukup untuk membuatku senantiasa tegar hadapi kebandelan Reza. 

Tetapi seberapapun saya berupaya menahan kesabaranku, rupanya kesabaran bu Diana mulai habis. Satu hari, ia memanggilku waktu saya mengajar Reza. 

“Linda, saya fikir anda sudah mengetahui bila nilai Reza sampai kini sekalipun tak lebih baik. ” Katanya agak keras 

“Maaf, bu. Saya telah berupaya, namun Reza…” 

“Saya tidak ingin mendengar argumen, Linda. Kamu paham.kamu mengerti berapakah gajimu tiap-tiap bln. bukan? Saya mengharapkan pengeluaran itu setimpal dengan hasil yang anda berikanlah. Namun bila begini akhirnya, saya betul-betul kecewa…” katanya dengan suara agak ketus 

“Tapi…” 

“Begini saja. Saya bakal tetaplah berdasar pada janji saya untuk menilaimu melalui hasil Reza pada semester ini. Bila nilainya masihlah belum lebih baik, saya sangat terpaksa mencari pembimbing yang lebih dapat. ” 

“Tapi bu…” saya berupaya berikan alasan dengan Bu Diana. 

“Sudahlah Linda, saya mesti pergi ke studio saat ini! Saya berharap, anda dapat melakukan perbaikan nilai Reza secepat mungkin saja! ” tegas bu Diana sembari berlalu pergi keluar dari tempat tinggalnya. 

Kalimat bu Diana betul-betul membuatku mulai patah arang. Bagaimana caranya menggerakkan anak sebandel itu untuk belajar? Yang kutahu ia cuma tertarik dengan game PlayStation serta koleksi film kepunyaannya, baginya memegang buku pelajaran tentu lebih sulit dari pada berenang melewati samudra! 

Rasa putus harapan menyelimutiku waktu saya memikirkan bagaimana membiayai kuliahku jika bu Diana meberhentikanku. Dengan lesu, saya kembali pada kamar Reza untuk mengajar. Tetapi, sesampainya di kamar, saya memandangnya tertawa terbahak-bahak waktu saya masuk kamarnya. 

“Apa yang lucu?! ” ketusku dengan muka masam. 

“Mau dipecat ya, Kak? Kasihaan deeeh! ” ejeknya sembari tertawa. 

Mendengar ejekan Reza telah kian lebih cukup untuk bikin amarahku yang telah lama terpendam, meledak saat itu juga.

“Kamu maunya apa sih?! Kakak sudah memberimu penjelasan dan latihan-latihan, tapi sama sekali tak digubris!! Bagaimana nilaimu bisa bagus kalau kamu tidak pernah belajar!! Setiap hari yang kamu tahu cuma main game atau bengong saja!!” bentakku pada Reza.

Aku benar-benar merasa marah dan dipermainkan oleh anak itu. Tapi Reza hanya tersenyum mendengar bentakanku itu.

“Oke deh, kalau Kakak maunya begitu. Reza akan minta Mami untuk mencari guru baru. Kakak cari saja murid yang mau menurut!!” Ujarnya dengan sombong.

Seketika itu juga aku ambruk ke lantai, air mataku menetes karena putus asa. Aku sudah harus membayar biaya kuliahku bulan depan yang rencananya akan kubayar dengan gajiku bulan ini.

Apabila aku diberhentikan sekarang, bagaimana caraku untuk membayar uang itu? Tidak mungkin meminta kiriman uang dari keluargaku, aku tidak memiliki kerabat di Jakarta dan lagipula mana mungkin teman-temanku mau meminjamkan uang untuk mahasiswi miskin sepertiku ini?

Sebenarnya banyak mahasiswa yang tertarik padaku dan mau menjadi pacarku. Bisa saja aku meminjam uang dari mereka, namun aku tak mau kalau harus berhutang budi pada mereka, bisa saja itu menjadi alasan mereka untuk memaksaku menjadi pacar mereka.

Pikiran bahwa aku harus berhenti kuliah membuatku galau dan putus asa. Aku pun menangis terisak di hadapan Reza.

“Waah, malah nangis… Dasar cengeng!” ejek Reza saat melihatku menangis, namun itu tidak menghentikan isak tangisku.

“Oke, oke. Aku mau belajar, tapi kakak harus menuruti permintaanku, Oke?!” Reza mulai membujukku.

“A…apa yang kamu mau?!” jawabku sambil terisak.

“Pertama, kakak berdiri dulu ya?” Reza memegang tanganku dan membantuku berdiri.
Aku pun segera beranjak bangun. Kulihat mata Reza tampak menggerayangi lekuk tubuhku. Ia lalu berjalan berputar-putar mengelilingiku. Aku pun mulai risau melihat gelagat anak itu.

“Sudah! Jangan putar-putar melulu! Kepala kakak pusing tahu!! Kamu maunya apa sih?!” bentakku tidak sabaran.

“Kak, Reza penasaran deh…” ungkap Reza.

“Apanya?!”

“Kakak itu cewek kan?”

“Lalu kenapa? Bukannya sudah jelas kan?!” jawabku kesal.Cerita Sex Pembantu

“Kalau begitu, kakak punya memek juga doong…” balas Reza dengan nada mengejek.

“Reza penasaran nih… Memek kakak mirip nggak ya, dengan memek cewek-cewek yang sering kulihat di film-film porno?” sambungnya dengan santai.

Oh, astaga! Bagai tersambar petir, aku benar-benar marah mendengar ucapan Reza itu. Moral anak ini benar-benar sudah hancur sama sekali!! Bagaimana bisa dia menanyakan hal seperti itu didepan seorang gadis dengan santainya? Anak ini benar-benar sudah kelewat batas!

PLAAK… Tanpa sadar kutampar pipi kiri Reza hingga anak itu terjatuh ke lantai. Reza pun merintih kesakitan.

“Aduh, sakiit…” rintihnya pelan.

Ya ampun! Apa yang telah kulakukan? Sesaat aku sontak tersadar, namun sudah terlambat. Tamparanku sudah keburu mendarat di pipi Reza. Melihat Reza yang terjatuh, aku pun merasa semakin panik. Segera kuhampiri Reza yang masih merintih di lantai.

“Reza, Reza! Kamu nggak apa-apa kan?! Maaf ya, kakak tak sengaja. Maaf…” tanyaku cemas.
Aku berusaha menggenggam tangan Reza, namun ia segera menepis tanganku.

“Pergi sana! Reza akan laporkan kakak ke Mami!! Biar nanti kakak dituntut ke polisi!!” teriaknya.
“Reza… Kakak minta maaf ya? Kakak benar-benar tak sengaja…” aku benar-benar panik mendengar ancaman Reza, yang sangat mungkin menjadi kenyataan mengingat keluarganya yang cukup terpandang.

“Nggak mau! Pergi sana!! Tunggu saja sampai Mami pulang, Kakak pasti kulaporkan!” ancam Reza sekali lagi.

Reza segera beranjak, hendak keluar dari kamarnya. Aku benar-benar putus asa dan kebingungan. Masalah yang datang menghampiriku silih berganti.

Bagaimana ini? Sebelumnya, ancaman pemecatanku sudah diambang mata dan sekarang malah aku terancam dituntut oleh keluarga kaya ini. Pikiranku pun mulai buntu dan tanpa pikir panjang lagi, kutarik tangan Reza untuk mencegahnya keluar kamar.

“Tunggu Reza!! Kakak akan menuruti permintaan Reza! Apapun! Tapi tolong jangan laporkan kakak ke bu Diana!” bujukku pada Reza.

Langkah kaki Reza terhenti sebentar. Reza lalu melirik melihatku.

“Benar nih? Kakak nggak bohong kan?” tanyanya tidak percaya.

“Iya, iya! Kakak janji! Tapi cuma sekali ini saja ya!” jawabku putus asa.

“Oke deh kalau begitu. Reza mau lihat memek kakak sekarang.” Perintahnya padaku.

“Tapi cuma lihat saja ya! Jangan macam-macam!”

“Iya, deeh…” jawab Reza puas.

Aku lalu berdiri didepan Reza, perlahan-lahan kunaikkan rok putihku yang selutut dihadapan anak itu. hingga akhirnya rokku mencapai pinggul, menampakkan pahaku dan celana dalam pink berendaku dengan jelas. Reza tampak takjub saat melihat celana dalamku yang masih menutupi selangkanganku.

“Tunggu Kak! Jangan bergerak dulu!” perintah Reza mendadak.

Aku pun tak punya pilihan lain selain memamerkan celana dalamku dihadapan Reza.

Perasaanku campur aduk saat melihat mata Reza yang tampak berbinar-binar takjub melihat celana dalamku. Aku pun bisa mendengarnya menelan ludah.

Pasti ini pengalaman pertamanya melihat celana dalam seorang gadis yang asli. Kurasa selama ini dia hanya melihat celana dalam wanita lewat film pornonya saja.

Ia tampak gugup sekaligus senang melihat celana dalamku. Sementara jantungku berdegup kencang sekali saat mengingat seorang anak kecil sedang mengamati celana dalamku dengan seksama. Wajahku sekarang pasti sudah lebih merah dari buah tomat yang matang karena malu.

Reza menoleh sejenak ke belakang sambil menghela nafas. Kurasa ia juga amat gugup karena dari tadi mengamati celana dalamku tepat didepan wajahnya.

Tapi, ia segera kembali menoleh melihat celana dalamku dan kali ini kulihat sorot matanya yang secara khusus mengamati bayangan vaginaku dibalik celana dalamku. Sorot matanya yang mengamati dengan seksama memberiku sensasi yang aneh. Belum pernah kulihat sorot matanya seserius itu.

Semakin lama, kepalanya semakin maju hingga memasuki rokku dan tampaknya ia benar-benar menikmati saat mengamati celana dalamku.

Aku dapat merasakan dengan sangat jelas detak jantungku yang berdegup semakin kencang. Aku merasa bingung mengapa jantungku bisa berdetak sekencang itu hanya karena Reza sedang mengamati celana dalamku? Aduuh… andai saja aku tidak menamparnya tadi, sesalku dalam hati.

“Reza, sudah ya… Kakak sudah capek nih…” bujukku pada Reza.

“Belum kak. Kakak masih belum menepati janji kakak!” protesnya padaku.

“Apa lagi, sih, Reza?!”

“Aku mau melihat memek kakak! Bukannya tadi kakak berjanji untuk menuruti keinginanku? Ayo, buka celana dalamnya dong kak!” pintanya padaku.

“Tapi… tapi…” aku berusaha mencari alasan untuk menolak permintaan Reza, namun pikiranku buntu sama sekali.

Memang benar tadi Reza sempat berkata bahwa ia ingin melihat kewanitaanku. Tapi bagaimanapun, aku merasa amat keberatan kalau seorang anak kecil melihat vaginaku yang selalu kujaga baik-baik untuk suamiku di masa depan.

“Ayo, kak! Kalau tidak aku akan melaporkan kakak ke Mami lho!!” ancamnya sekali lagi.

Aku sadar, aku tidak mungkin meloloskan diri dari permintaan Reza.

“Iya deh! Tapi cuma sebentar saja ya!” gerutuku.

Saat mendengar kata ‘melapor ke Mami’, aku sudah kalah telak tanpa bisa membantah atau menolak permintaan anak ini.

“Oke deh!!” serunya dengan riang setelah mendapat izin dariku.

Tanpa menunggu lama, ia segera melorotkan kedua sisi celana dalamku dan menurunkan celana dalamku hingga celana dalamku tergulung di pahaku. Sekarang, tanpa pelindung apapun, kewanitaanku terpampang jelas dihadapan Reza yang kini mengalihkan perhatiannya ke vaginaku.

Pikiran dalam hatiku berkecamuk. Apa yang sebenarnya kulakukan? Bukankah bu Diana membayarku untuk mengajar les privat anaknya? Namun kenyataannya sekarang, celana dalamku sudah ditarik turun oleh muridku sendiri yang kini sedang sibuk mengamati kewanitaanku.

Kalau bu Diana mengetahui hal ini, aku tidak tahu apa yang akan dilakukannya padaku. Paling tidak aku agak beruntung karena bu Diana tidak berada di rumah saat ini, jadi aku tidak perlu khawatir akan kepergok olehnya.

“Waah, beda sekali dengan memek cewek-cewek di film porno. Memek kakak bersih ya! Nggak ada rambut-rambutnya!” puji Reza padaku.

Tentu saja! Aku paling menjaga dan merawat daerah kewanitaanku sebaik mungkin. Aku selalu teratur membersihkan vaginaku dan mencukur rambut kemaluanku. Mana mungkin vaginaku disamakan dengan vagina para perempuan di video porno yang pasti tidak dirawat dengan teratur! Pikirku kesal.

“Hei, Reza. Sudah cukup ya?” pintaku pada Reza.

“Sebentar lagi, ya. Kak!”

Ampuun! Aku benar-benar terjebak! Memamerkan kewanitaanku didepan anak SMP sudah lebih dari cukup untuk membuatku malu seumur hidup! Aku tak berani membayangkan kalau ada orang yang melihat hal ini.

Badanku terasa panas dan keringatku mulai mengucur deras hanya karena kewanitaanku diamati oleh Reza. Apalagi mengingat kalau aku seharusnya mengajarinya dalam pelajaran, bukan malah memberinya tontonan yang tidak pantas seperti ini.

“Waah… kok memek kakak makin lama makin basah sih?!” tanya Reza tiba-tiba.

“Ah… Eh?!” mendadak aku tersadar dari lamunanku, saat itulah aku baru menyadari kalau jari telunjuk Reza sudah menyentuh bibir vaginaku.

Ujung jari Reza sudah mulai masuk sedikit kedalam liang vaginaku dan mulai menggosok-gosok bibir vaginaku yang sudah basah karena luapan cairan cintaku tanpa sadar.

“AAH!!! Hei!! Hentikan, Reza!!!” aku benar-benar panik melihat jari Reza di vaginaku itu.

Aku takut kalau keperawananku malah terenggut oleh jari-jari Reza. Namun Reza tidak berhenti.

“Reza! Sudah cukup, hei!! Bukannya kamu berjanji hanya melihat saja?!” protesku pada Reza.

“Aargh! Berisik! Diam saja! Kalau tidak, kutusukkan jariku kedalam memek kakak dalam-dalam, mengerti?!” bentak Reza padaku.

Aku benar-benar takut. Reza memang memegang kendali saat ini, apalagi dengan jarinya yang masih sibuk memainkan bibir vaginaku, mudah saja baginya untuk memperawaniku dengan jarinya. Aku berpikir daripada aku diperawani jari-jari Reza, mungkin lebih baik kalau aku menuruti kemauannya.

Aku kembali menangis terisak, namun Reza tidak menghiraukan tangisanku, ia malah menggosok-gosokkan jarinya di sela vaginaku dengan pelan. Saat itulah aku tersentak sesaat merasakan kenikmatan gosokan jari Reza di vaginaku.

Jujur saja, ini merupakan pengalaman pertama bagiku merasakan kenikmatan seperti itu karena aku tidak pernah beronani sebelumnya. Aku pun merasa tenagaku untuk berontak lenyap seketika.
“Ah… ohh… aakh…” tanpa sadar, aku mendesah nikmat karena gosokan jari Reza.

“Ada apa, Kak?!” tanya Reza padaku.

“Aahh… hentikan… Reza… jangan… auuch…” Suaraku sudah mulai bercampur dengan lenguhanku.

“Lho, kok kakak mau berhenti? Bukannya rasanya enak Kak?” balasnya setengah mengejek.

“Eegh… itu… itu…” tanpa sadar, aku pun melepaskan rokku yang dari tadi kupegang, tapi Reza segera menyibakkan rokku kembali.

Reza terus mengamati wajahku untuk melihat reaksiku, aku berusaha tidak menatap wajahnya, walaupun sesekali dapat kulihat ia tersenyum dengan reaksiku. Badanku terasa limbung ke belakang, tempat meja belajar Reza berada.

Aku pun menyandarkan diri di meja belajar itu dan kedua tanganku memegang bibir meja itu agar aku tidak jatuh. Reza sekarang memegangi rokku dan menekannya di perutku, sehingga rokku tersibak dan vaginaku terpampang semakin jelas.

“Nah, kita mulai sekarang ya, Kak?” ujarnya padaku dan ia mulai mempercepat gosokannya di bibir dan celah-celah vaginaku.

Aku pun tidak lagi menolak. Lagipula, aku tidak ingin Reza menghentikan aktivitasnya saat ini, aku sudah terlanjur dikuasai kenikmatan yang melanda tubuhku

“Ouchhh… aahh… aahhh…” desahku menahan kenikmatan di vaginaku, akal sehatku sudah lenyap dan aku sepenuhnya dikuasai oleh kenikmatan di kewanitaanku.

Entah mengapa, fakta bahwa yang mengocok vaginaku adalah muridku sendiri yang masih SMP malah membuatku semakin bernafsu.

“Aduuh… aw… aw… aww…” rintihan-rintihan kenikmatan keluar dari mulutku setelah 3 menit berlalu sejak bibir kewanitaanku dilayani oleh jari-jari Reza.

Aku pun sudah tidak tahan lagi, aku merasa akan segera mencapai orgasmeku untuk pertama kalinya.

Namun, tiba-tiba terdengar suara decitan mobil di halaman rumah. Bu Diana telah pulang! Aku dan Reza segera menghentikan aktifitas kami, dan aku segera merapikan celana dalam dan rokku kembali. Kami lalu bergegas kembali ke meja belajar untuk melanjutkan les.

Walaupun aku merasa agak kecewa karena nyaris saja mencapai orgasme, namun aku tetap melanjutkan mengajari Reza walaupun suasana hatiku amat galau saat itu. Akhirnya aku pun selesai mengajar Reza hari itu. tapi harus kuakui,

Reza tampak lebih bersemangat menyimak penjelasanku sehabis kejadian itu. Hanya saja aku tampak kacau karena banyak hal yang terjadi hari itu. Tapi bagaimanapun aku juga masih bersyukur karena selaput daraku tidak sampai robek akibat ulah Reza tadi.

Sebelum pulang, Reza sempat meminjam Handphoneku. Alasannya, ia mau mengirimkan lagu-lagu baru untukku, aku pun hanya mengiyakan saja permintaan Reza itu. Setelah Reza mengembalikan Handphoneku, aku pun segera pamit kepada bu Diana dan kemudian pulang ke tempat kosku. Aku berharap semua kejadian hari ini hanyalah mimpi buruk semata.

Unknown / Author & Editor

Has laoreet percipitur ad. Vide interesset in mei, no his legimus verterem. Et nostrum imperdiet appellantur usu, mnesarchum referrentur id vim.

0 komentar:

Posting Komentar

Coprights @ 2016, Blogger Templates Designed By Templateism | Templatelib